TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Suasana duka menyelimuti kamar jenazah RS Bhayangkara TK II Medan, Jalan KH Wahid Hasyim, pasca kepergian Bolang (kakek) Bima, sapaan mendiang N Bima Peranginangin (82) Selasa (19/3/2024) sore.
Isak tangis pecah ketika Rosarina Peranginangin tiba dari Batam, Kepulauan Riau untuk melihat jasad ayahnya yang sedang diotopsi.
Begitu turun dari mobil bersama suaminya, ia langsung memeluk erat kakak dan adik dari ayahnya yang sudah menunggu lebih dulu.
Tangisan keluarga yang kehilangan sosok bolang sebutan (kakek) pun tak terbendung.
Mata mereka sembab memerah saat berpelukan, seakan tak percaya pertemuan kali ini karena kepergian Bima Peranginangin yang tewas dibunuh maling yang menyatroni rumahnya di Jalan Klambir V, Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Senin (18/3/2024) malam.
Para ibu-ibu ini nampak berdiri berpelukan, menepuk pundak satu sama lain seakan akan saling menguatkan atas kepedihan mereka.
Kata Rosarina, sekira pukul 00:00 WIB dinihari tadi teleponnya berdering. Ketika dilihat, ternyata itu adiknya.
Agak bergetar bibir dan lidah adiknya karena tak kuasa mengatakan jika ayah mereka sudah tiada.
Sementara Rosa yang mendengar tak percaya apa yang diucapkan adiknya.
Lantas ia menyatakan baru percaya jika sudah ada penjelasan dari dokter.
Begitu mendapat kepastian, barulah ia percaya dan tak kuasa menahan air matanya.
"Setelah itu saya gak langsung percaya sebelum ada pernyataan dari dokter. Tapi setelah dipastikan ternyata sudah tidak ada,"kata Rosarina, saat diwawancarai, Selasa (19/3/2024) sore.
Geram, pedih dan sedih tak tertahan di dalam hati Rosa. Tidur pun ia tak tenang mengetahui ayahnya tewas dibunuh dengan keji.
Selasa siang, setelah memesan tiket pesawat dan terus berkomunikasi dengan tiga adiknya yang lain, Rosa bersama suaminya pun terbang dari Batam ke Kota Medan.
Setibanya di RS Bhayangkara TK II Medan, ia masih tak percaya kepergian ayahnya begitu membuat hati nya terluka.