Pembunuhan Sadis di Helvetia

Sang Anak Kenang Sosok Bolang Bima yang Tewas Ditikam Maling, Rela Berkorban untuk Orang Lain

Penulis: Fredy Santoso
Editor: Ayu Prasandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana duka menyelimuti kamar jenazah RS Bhayangkara TK II Medan, Jalan KH Wahid Hasyim, pasca kepergian Bolang (kakek) Bima, sapaan mendiang N Bima Peranginangin (82) Selasa (19/3/2024) sore.

Pria yang sangat menyayangi anak-anak dan keluarganya harus tewas di tangan maling.

Ia mengenang, Bima sosok ayah yang bertanggungjawab dan penuh kasih sayang.

Dia sosok yang sangat suka membantu orang lain karena paham betul rasanya kesusahan.

Sampai-sampai, tetangganya di Klambir V, Kelurahan Tanjung Gusta Medan kerap menjual berbagai barang kurang bermanfaat kepada Bima.

Hal itu pun tetap diterima dan dibayar Bima, lantaran dia tak tega ada orang memelas karena tak makan.

Makanya, rumah korban pembunuhan ini berantakan berisi barang-barang bekas kurang berguna.

"Sama tetangga juga baik, penolong. Tetangga kalau mau jual barang apa saja diterimanya karena kasihan gak makan. Padahal barang itu jadi sampah di rumah itu untuk menolong orang."

Kini pria yang akrab dipanggil Bolang di area rumah nya tersebut sudah menghadap ke illahi.

Ia meninggalkan empat orang anak dan istrinya yang sudah sakit-sakitan. 

Selama ini dia tinggal sendiri di rumah yang bergabung dengan kontrakannya.

Makan dan seluruh biaya kehidupannya berasal dari kontrakan rumah.

Rosa berharap polisi dapat sesegera mungkin menangkap pembunuh ayahnya.

Ia meyakini pelaku orang terdekat rumah ayahnya. Sebab, bukan sekali ini saja barang maupun uangnya hilang.

Suasana duka menyelimuti kamar jenazah RS Bhayangkara TK II Medan, Jalan KH Wahid Hasyim, pasca kepergian Bolang (kakek) Bima, sapaan mendiang N Bima Peranginangin (82) Selasa (19/3/2024) sore.

Semuanya terekam dalam kamera CCTV yang terpasang di rumah tersebut.

"Kami maunya dihukum seberat-beratnya."

Halaman
123

Berita Terkini