"Sebagai salah satu suku di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini, bagi kami sebutan Ono Niha punya makna anak manusia.
Tano Niha bermakna Tanah Manusia. Makanya saya merasa sangat bangga dan terhormat bila disebut Ono Niha. Mengapa? Karena sebutan itu lebih mengakar secara budaya, bahasa, dan adat istiadatnya," ujar Yosafati.
Ia mengatakan, bagian yang tidak terpisahkan dari setiap suku adalah rumah adatnya.
Selain itu, budaya juga lahir dari perjalanan panjang setiap suku bangsanya.
Jadi, katanya, lagu Tano Niha dan penyebutan Ono Niha dalam tari-tarian, nyanyian, ungkapan, maupun peribahasa, adalah perenungan sekaligus penjiwaan masyarakat Ono Niha terhadap jati dirinya dan tanah leluhurnya.
"Penyebutan Ono Niha dan Tano Niha adalah satu kesatuan yang mempersatukan. Bukan Tano Niha atau Ono Niha menurut administrasi pemerintahan. Lebih jauh, Tano Niha dan Ono Niha adalah identitas sebuah suku dan tanah leluhur suku," pungkasnya.
(cr14/tribun-medan.com)