TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara mencatat sebanyak 41 dari 81 komoditas ekspor utama mengalami penurunan nilai ekspor pada Triwulan II-2025.
Hal ini turut menekan kinerja ekspor barang secara keseluruhan yang tercatat turun 2,98 persen (q-to-q) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, menyampaikan bahwa sebagian besar penurunan terjadi pada komoditas industri pengolahan.
“Komoditas yang mengalami penurunan terbesar di antaranya karet dan barang dari karet, kendaraan dan bagiannya, serta produk kimia,” ujarnya dalam rilis resmi, Selasa (5/8/2025).
Adapun rincian penurunan pada triwulan ini mencakup, karet dan barang dari karet turun 13,66 persen, kendaraan dan bagiannya turun 7,78 % serta berbagai produk kimia turun 0,12 % .
Sektor ekspor barang tetap menjadi penyumbang besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumut, dengan kontribusi sebesar 40,98 % , meski saat ini tengah menghadapi tekanan dari pasar global dan faktor produksi.
Data tersebut sejalan dengan laporan dari Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut yang juga mencatat penurunan ekspor karet alam pada bulan Juni 2025.
Volume ekspor tercatat hanya sebesar 21.795 ton, atau turun 4,81 persen dibandingkan Mei yang mencapai 22.896 ton.
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah, mengatakan bahwa penurunan ini mencerminkan tekanan pasar yang masih berlanjut dan pasokan bahan baku yang terbatas dari petani.
“Cuaca yang tak menentu serta harga jual yang menurun sejak April membuat petani enggan menyadap,” jelasnya.
Meski secara bulanan terjadi penurunan, secara tahunan (y-on-y) ekspor karet Sumut masih tumbuh 11,45 persen dibanding Juni 2024. Namun capaian ini masih jauh dari rata-rata ideal bulanan yang seharusnya menyentuh 42.000 ton.
Harga rata-rata ekspor FOB pada Juni tercatat 161,49 sen dolar AS per kilogram, turun dari 171,01 sen pada Mei. Namun menjelang akhir Juli, harga mulai menunjukkan pemulihan ke level 171,30 sen, memberi sedikit harapan akan perbaikan pasar.
Pada Juni 2025, ekspor karet Sumut tersebar ke 31 negara, dengan peningkatan kontribusi dari kawasan Eropa. Sebanyak 15,34 persen dari total ekspor dikirim ke 12 negara Eropa, naik dari 12,75 persen pada bulan sebelumnya.
Edy menjelaskan bahwa peningkatan ini terkait dengan persiapan buyer menjelang implementasi European Union Deforestation Regulation (EUDR) pada 30 Desember 2025, yang mewajibkan produk seperti karet memiliki sistem ketelusuran bebas deforestasi.
"Eropa memang bukan pasar utama, tetapi tetap mitra strategis. Apalagi menjelang EUDR, minat buyer di kawasan ini mulai terlihat meningkat," jelasnya.