Tidak hanya mereka yang merasakan dampaknya, tetapi masyarakat sekitar pun merasa tergerak untuk memberikan perhatian lebih pada kondisi psikologis keluarga ini, yang terperangkap dalam trauma mendalam.
Ketika Rettina mengungkapkan perasaan sakitnya melihat anak-anaknya tertekan oleh ketakutan ini, ia berharap ada harapan.
"Saya hanya ingin mereka kembali bisa bermain, tertawa, merasa aman di rumah mereka sendiri," katanya, dengan tetesan air mata.
Kehidupan yang seharusnya ceria bagi anak-anak itu kini terhenti.
Masa depan mereka yang penuh potensi menjadi terancam oleh bayang-bayang trauma yang menggerogoti setiap detik mereka.
Pemerintah dan masyarakat kini harus lebih peka terhadap dampak jangka panjang yang dialami anak-anak kecil ini.
Tidak hanya rumah mereka yang perlu diperbaiki, tetapi juga jiwa-jiwa kecil yang terperangkap dalam trauma yang sulit disembuhkan akibat perbuatan orang-orang yang lebih memiliki kemampuan materi.
Peristiwa ini menjadi pengingat tentang betapa pentingnya untuk menjaga rasa aman dan kedamaian bagi anak-anak.
Masa kecil mereka seharusnya diisi dengan tawa dan kebahagiaan, bukan dengan ketakutan yang merusak masa depan mereka.
(Tribun-medan.com/Arjuna Bakkara).