TRIBUN WIKI

Arba Mustamir dan Rebo Wekasan, Begini Pandangan Ulama Soal Tradisi Ini

Editor: Array A Argus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ARAK TUMPENG- Ilustrasi masyarakat mengarak tumpeng dalam kegiatan Rebo Wekasan. Ilustrasi ini dibuat menggunakan aplikasi kecerdasan buatan atau AU, Selasa (19/8/2025).

Pada hari ini, masyarakat Jawa juga biasanya melakukan berbagai ritual dan amalan khusus sebagai upaya untuk menghindari malapetaka dan memohon keberkahan.

Baca juga: 7 Tradisi Menyambut Lebaran Idul Fitri di Sumatera Utara

Secara agama Islam, kepercayaan bahwa bulan Safar atau Arba Mustamir adalah bulan atau hari yang membawa kesialan tidak didukung oleh ajaran Islam yang sahih.

Hadis Rasulullah SAW justru menegaskan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial dan tidak membawa bala.

Penjelasan Ulama

KH Yahya Zainul Ma'arif yang lebih akrab disapa Buya Yahya, pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon menjelaskan, amalan khusus yang kerapkali tersebar di bulan Safar adalah arba mustamir atau rebo wekasan bukan bersumber dari hadist Nabi SAW.

"Dilarang mengatakan itu dari Nabi SAW sama artinya dengan dusta, kalau memang ada seorang yang shaleh, alim, tidak tampak pada dirinya kemaksiatan kemudian mengucapkan amalan itu, mungkin bisa benar, tapi itu berupa ilham," jelas Buya Yahya dikutip dari Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.

Baca juga: Mengenal Festival Tabuik Pariaman yang Ternyata Mengingatkan Kita pada Tragedi Karbala

Ia menambahkan Allah memberikan ilham kepada seseorang yang kemudian diketahui dan diamalkan oleh orang tersebut.

Meski demikian, ilham yang dimaksud tidak wajib dipercayai. Kendati ilham wali sekalipun tak wajib diyakini.

"Namun bagi orang yang ingin mempercayai boleh, misalnya anjuran banyak membaca doa karena diyakini bakal ada musibah yang datang di suatu tempat," terangnya.

Terkait hal demikian hendaknya berhusnudzon atau berprasangka baik yang mana hal itu adalah ilham dari para ulama di waktu tertentu bakal banyak musibah. Soal ini boleh dipercayai ataupun tidak.

Baca juga: Mengenal Pistol Beretta Seperti Milik Kadis PUPR Topan Ginting, Harganya Bisa Puluhan Juta

Mengingkari hal demikian adalah tidak berbahaya bagi kaum muslim, yang berbahaya itu su'ul adzab kepada orang shaleh atau alim ulama.

"Kalau ada amalan lainnya misal baca Yassin, baca doa, sedekah, agar ditolak dari bencana, itu amalan yang sah, tak hanya dibaca saat rebo wekasan, tapi setiap saat boleh dilakukan," urainya.

Selain itu, saat membaca surah Yassin boleh mengulang-ulang beberapa ayat, misalnya "Salaamun qoulam mirrobbirrohim" sebanyak tiga kali.

Amalan lainnya shalat malam, sebanyak-banyaknya jumlah rakaat yang dilakukan adalah sah.

Baca juga: Mengenal Virus Hanta, Asal Usul, Gejala dan Cara Pencegahannya

Namun afdholnya melakukan shalat malam dua rakaat sekali salam, namun dilakukan empat dan enam rakaat sah.

"Apakah ada shalat tolak bala, yang benar adalah shalat hajat untuk menolak bala, berapapun rakaatnya setelah shalat membaca doa dijauhkan dari marabahaya, atau saat sedekah diniatkan untuk menolak bala, sah," ucap Buya Yahya.

Halaman
123

Berita Terkini