Inovasi We Are Fines dan USAT: Masalah Kepasiran Teratasi, PEP Rantau Field Hemat hingga Miliaran

Inovasi ini merupakan langkah perbaikan berkesinambungan dari PEP Rantau Field untuk mengatasi masalah kepasiran di sumur minyak yang tergolong matur

|
TRIBUN MEDAN/TRULY OKTO PURBA
INOVASI PEP RANTAU FIELD - Sejumlah personel PT Pertamina EP (PEP) Rantaui Field memantau proses RIGjob (pekerjaan perbaikan pompa) di salah satu sumur minyak di Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Sabtu (25/10/2025). PEP rantau Field menghadirkan inovasi We Are Fines dan USAT untuk mengatasi masalah kepasiran di sumur-sumur minyak yang tergolong mature dan memiliki kehilangan produksi (loss production opportunity/LPO). 

ACEH TAMIANG, TRIBUN-MEDAN.com – Kabut tipis dari sisa hujan masih menggantung di atas kawasan sumur minyak Pertamina P-420 di Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, ketika Edi Setiawan (38) mulai menjalankan aktivitasnya, Sabtu (25/10/2025) pagi. Dengan menggunakan pakaian APD dipadu helm berwarna putih bertuliskan ‘Pertamina’ di bagian depan, Edi melangkah menyusuri deretan pipa baja yang masih terlihat basah. Bau minyak mentah tercium samar-samar di udara, berpadu dengan suara pompa minyak yang sedang beroperasi. 

Edi mendekat ke hidrolic pumping unit (pompa unit). Sembari menunduk sedikit, tangan kanannya yang berlapis sarung memeriksa panel kontrol di sisi pompa. Setelah memastikan jarum di panel kontrol menunjukkan tekanan yang stabil, tangan kanannya berpindah ke keran. Ia memutar keran ke arah kiri. Aliran fluida (cairan minyak) mengalir cukup deras dan jatuh ke bak penampungan. Edi dengan cekatan memutar keran ke arah kanan untuk menghentikan aliran fluida. 

“Kalau panel kontrol menunjukkan tekanan yang stabil dan fluida mengalir saat keran dibuka, itu artinya pompa tidak dalam kondisi off (mati) dan masih beroperasi dengan baik. Fluida masih mengalir dari dalam bumi (sumur) ke permukaan dengan lancar,” kata Edi kepada Tribun Medan.com, Sabtu (25/10/2025). 

Sebagai seorang Supervisor Produksi PT Pertamina EP (PEP) Rantau Field, Edi bertanggungjawab untuk memastikan pompa minyak di sumur milik Pertamina beroperasi dengan baik setiap hari. Tak hanya di lokasi sumur, Edi juga memastikan fluida dari sumur mengalir dengan lancar melalui pipa ke stasiun pengumpul (SP) terdekat. “Saya juga melakukan pengecekan di stasiun pengumpul. Jika jumlah minyak yang dialirkan berada dalam perkiraan jumlah barrel oil per day (BOPD) yang sesuai dengan kapasitas sumur, artinya sistem mesin pompa di sumur beroperasi dengan baik,” ujarnya. 

Edi menjelaskan, P-420 merupakan satu dari 87 minyak sumur minyak dalam pengelolaan PEP Rantau Field (bagian dari Pertamina Hulu Rokan/PHR Zona 1) yang menggunakan pompa jenis Electric Submersible Pump (ESP). Pada Desember 2023 lalu, pompa ini sempat off tiga kali dan harus menjalani RIG job (pekerjaan perbaikan pompa). “Pompa off tiga kali setelah sempat beroperasi selama enam hari, 29 hari, dan 15 hari,” ujar Edi. 

Kondisi pompa di sumur P-420 ini menjadi awal bagi PEP Rantau Field untuk menerapkan pemasangan Ultimate Sand Trap (USAT) di pompa ESP. Kini, penerapan USAT telah membuat pompa di sumur P-420 kembali beroperasi dengan baik. 

Berjarak sekitar lima kilometer dari sumur P-420, tepatnya di sumur P-395, Supervisor Produksi PEP Rantau Field lainnya Abdul Jabar (38) terlihat melakukan pemantauan terhadap pompa yang sedang menjalani perawatan sumur (PES) rutin. Pemantauan dilakukan dengan memeriksa data sumur secara detail. Berbeda dengan sumur P-420, di sumur P-395 ini, proses PES akan menyertakan metode We Are Fines untuk meminimalkan kerusakan reservoir (wadah penampung) di pompa. 

“Setelah pemantauan selesai, kami berkoordinasi dengan tim Petroleum Engineer (POP) PP Rantau Field untuk menentukan treatment (perawatan) apa yang cocok dilakukan agar masalah kepasiran dapat diatasi,” kata Abdul. 

Petroleum Engineering PEP Rantau Field, Andi Surianto Sinurat mengatakan, We Are Fines dan USAT merupakan hasil dari inovasi internal PEP Rantau Field dalam hal ini tim petroleum engineering (PO) dan well service (WS). Kedua inovasi ini mulai diterapkan di sumur Pertamina di bawah pengelolaan PEP Rantau hanya berselang satu tahun. We Are Fines mulai diterapkan pada tahun 2023, sedangkan USAT tahun 2024. 

“Secara umum, kedua inovasi merupakan langkah perbaikan secara berkesinambungan dari PEP Rantau Field untuk mengatasi masalah kepasiran di sumur-sumur minyak yang tergolong mature dan memiliki kehilangan produksi (loss production opportunity/LPO). Potensi kehilangan produksi sempat mencapai 62 persen antara tahun 2019 hingga 2022,” kata Andi kepada Tribun-Medan.com, Sabtu (25/10/2025).

Andi menurutkan, meskipun sama-sama mengatasi masalah kepasiran, cara kerja kedua inovasi ini berbeda. Secara sederhana, fines dimaknai sebagai jenis pasir berukuran kecil. We Are Fines hadir dengan metode yang sangat tepat guna untuk meminimalkan kerusakan pada reservoir pompa di sumur minyak.

 Metode ini tergolong sederhana karena hanya memanfaatkan data history penggunaan killing fluid maupun data lab tahun 2020-2023 yang dikombinasikan dengan knowledge reservoir management yaitu sifat dan karakter dari fluida dan batuan di sumur. Data ini selanjutnya dikombinasikan dengan hasil studi Lemigas yang menyebutkan bahwa penggunaan Potassium Klorida (KCI) memberikan efek positif pada reservoir. KCl adalah garam yang bersifat hipertonis, artinya memiliki konsentrasi garam yang lebih tinggi dari air formasi.

Melalui metode We Are Fines, tim melihat data kandungan di setiap lapisan (layer) sumur yang sudah tersimpan dalam database PEP Rantau Field. Setiap lapisan memiliki kandungan yang berbeda-beda baik kadar garam (salinity), mineral lempung (clay contact), dan performa terproduksinya pasir (basic sediment). Berdasarkan data ini, dapat ditentukan treatment (perawatan) seperti apa yang akan dilakukan. Treatment biasanya dilakukan saat berlangsung RIG job (pekerjaan perbaikan pompa) atau PES (perawatan sumur). 

INOVASI ATASI KEPASIRAN - Seorang personel supervisor produksi PT Pertamina EP (PEP) Rantau Field mengecek  pompa minyak di sumur udan memastikan pompa beroperasi dengan baik, Sabtu (25/10/2025). PEP Rantau Field menghadirkan metode We Are Fines dan teknologi USAT sebagai inovasi untuk mengatasi masalah kepasiran di sumur-sumur minyak.
INOVASI ATASI KEPASIRAN - Seorang personel supervisor produksi PT Pertamina EP (PEP) Rantau Field mengecek pompa minyak di sumur udan memastikan pompa beroperasi dengan baik, Sabtu (25/10/2025). PEP Rantau Field menghadirkan metode We Are Fines dan teknologi USAT sebagai inovasi untuk mengatasi masalah kepasiran di sumur-sumur minyak. (TRIBUN MEDAN/TRULY OKTO PURBA)

Perawatan dalam metode We Are Fines dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan Potassium Klorida (KCl) yang dilarutkan bersama air asin sehingga menambah konsentrat KCl tersebut. KCl bekerja melalui proses Osmosis, di mana sifat hipertonisnya mencegah terjadinya swelling (pengembangan) pada formasi batuan yang memiliki kandungan tanah liat yang tinggi di sumur minyak di Rantau. Swelling inilah yang menjadi penyebab utama terproduksinya (rontok) pasir ke permukaan. Ketika pasir terproduksi, maka pasir akan ikut tertarik bersama fluida. Hal ini berakibat rusaknya pompa minyak. 

“Setelah diketahui berapa persen konsentrasi larutan KCl yang dibutuhkan, selanjutnya KCl dilarutkan dalam tangki dan diinjeksi melalui pompa khusus di permukaan. Dengan larutan KCl ini, konsentrasi salinity (garam) tetap tinggi sehingga air tidak dapat masuk ke dalam batu. Ketika air tidak masuk, batu tetap kokoh di dinding-dinding sumur dan tidak berpotensi rontok menjadi pasir yang dapat merusak pompa,” terang Andi. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved