Pameran Foto dan Lukis Hidupkan Jejak Candi Kuno, Disambut Antusias Anak Muda  

Selain pameran visual, BPK juga menampilkan pertunjukan seni anak dari berbagai sanggar untuk membuat kegiatan lebih inklusif dan menarik

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Eti Wahyuni
TRIBUN MEDAN/HUSNA FADILLA TARIGAN
PAMERAN FOTO - Pengunjung melihat deretan foto candi-candi kuno di Sumatera Utara yang dipamerkan dalam kegiatan Relif Foto dan Lukis di Posblock Medan, Jumat (14/11/2025). Pameran yang menampilkan 28 karya seniman dan fotografer ini digelar Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II untuk mengenalkan kembali tinggalan sejarah Padang Lawas kepada masyarakat. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Tidak banyak warga Sumatera Utara yang mengetahui bahwa provinsi ini menyimpan jejak candi-candi kuno sebagaimana yang selama ini identik dengan Pulau Jawa.

Melalui pameran Relif Foto dan Lukis yang digelar di Posblock Medan pada 14–16 November 2025, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah II Sumut menghadirkan kembali narasi sejarah tersebut kepada publik.

Kepala BPK Wilayah II, Sukronedi, menjelaskan bahwa pameran ini merupakan bagian dari rangkaian program edukasi yang dirancang untuk membuka wawasan masyarakat mengenai kekayaan tinggalan budaya Sumut.

“Selama ini banyak yang berpikir candi itu hanya ada di Jawa. Padahal Sumatera Utara punya tinggalan luar biasa seperti Candi Bahal 1, Bahal 2, Bahal 3, hingga situs-situs lain di kawasan Padang Lawas,” ujarnya.

Pameran ini menampilkan 28 karya berupa foto dan lukisan hasil para fotografer dan seniman yang mengeksplorasi keindahan, keunikan arsitektur, serta atmosfer situs-situs bersejarah tersebut.

Baca juga: Sejarah Candi Sipamutung: Candi Buddha Megah dari Abad ke-11

Sebanyak 7 fotografer dan 9 seniman dilibatkan dalam penyelenggaraan pameran. Mereka menghadirkan karya yang menonjolkan relief, struktur bata kuno, hingga sudut-sudut situs budaya yang jarang diketahui publik. Proses kurasi karya berlangsung hampir satu bulan.

“Kurasi dilakukan tim. Setiap kegiatan kami selalu melibatkan seniman dan budayawan agar pemaknaan budaya bisa lebih kaya,” ujarnya.

Memasuki hari kedua, pameran di Posblock Medan terlihat dipadati pengunjung. Menurut Sukronedi, lokasi yang sebelumnya cenderung sepi kini lebih ramai karena hadirnya perpaduan pameran, seni pertunjukan, dan ruang edukasi.

“Antusias warga luar biasa. Bahkan pedagang kopi di sekitar sini ikut merasakan dampaknya. Ekonomi mereka meningkat karena pengunjung bertambah,” katanya.

Selain pameran visual, BPK juga menampilkan pertunjukan seni anak dari berbagai sanggar untuk membuat kegiatan lebih inklusif dan menarik bagi generasi muda.

Ia mengungkapkan bahwa respons pengunjung umumnya terkejut ketika mengetahui Sumut memiliki jejak peradaban candi bercorak bata.

“Masih banyak yang belum tahu. Padahal situs-situs ini punya keterhubungan sejarah dengan kerajaan besar seperti Sriwijaya. Di Sumut cirinya berbeda, terutama penggunaan bata merah,” jelasnya.

Selain 28 karya visual, pameran juga menghadirkan pemutaran empat film budaya produksi BPK Wilayah II, yakni Dendang Rindu, Ketoprak Dor Reborn, Deru Mesin, dan Manguras Tao.

Film-film tersebut mengangkat isu pelestarian budaya, diaspora generasi muda, tradisi Ketoprak Dor, kisah perajin becak mesin Siantar yang kini tinggal sekitar 50 orang saja, hingga ritual adat pemurnian danau.

“Semua film punya pesan tentang bagaimana identitas budaya itu harus dipahami dan dilestarikan,” ujarnya.

Pameran Relif Foto dan Lukis di Posblock Medan tidak hanya memperkenalkan kembali candi-candi kuno di Sumatera Utara, tetapi juga menghidupkan ruang ekonomi dan kreativitas kota.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum untuk membangun kesadaran baru bahwa warisan budaya yang tersebar di Sumut adalah bagian penting dari sejarah Nusantara yang patut dijaga,” pungkasnya.

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved