Breaking News

Kisah Misionaris dari AS

JEJAK Munson dan Lyman: Misi Injil, Salah Paham, dan Warisan di Tanah Batak

Henry Lyman (23 November 1809 – 28 Juni 1834) adalah misionaris Amerika Serikat yang dibunuh di Tanah Batak bersama rekannya, Samuel Munson.

|
Editor: AbdiTumanggor
Foto Dinaspariwisatataput.com
Monumen misionaris asal Amerika Serikat, Henry Lyman dan Samuel Munson di Dusun Dolok Nauli, Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. (Foto Dinaspariwisatataput.com) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Henry Lyman (23 November 1809 – 28 Juni 1834) adalah misionaris Amerika Serikat yang dibunuh di Tanah Batak bersama rekannya, Samuel Munson. 

Orang tuanya bernama Theodore Lyman dan Susan Willard Whitney. Istrinya bernama Eliza Pond.

Kedua misionaris muda ini dicurigai oleh warga setempat sebagai bagian dari Hindia-Belanda, pengganti Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Masyarakat saat itu menolak kehadiran orang asing yang dianggap hanya mengeruk hasil bumi dan membawa kesengsaraan.

Keteguhan Lyman dan Munson

Henry Lyman dan Samuel Munson tetap teguh pada cita-cita mereka untuk menyebarkan Injil di Tanah Batak.

Mereka hanya mengetahui dua kata Bahasa Batak, 'horas' dan 'damai', untuk meredakan kemarahan warga.

Namun, usaha mereka gagal dan keduanya tewas diamuk massa. Di sisi lain, nama Ludwig Ingwer Nommensen, misionaris asal Jerman, lebih dikenal sebagai penyebar Injil di Tanah Batak.

Kenangan akan Henry Lyman dan Samuel Munson kini hanya tersisa dalam bentuk monumen di Dusun Dolok Nauli, Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Kisah perjalanan mereka dimulai pada 9 Juli 1833, saat jemaat di Boston mengadakan perjamuan gereja untuk memberangkatkan Henry Lyman dan Samuel Munson bersama istri masing-masing.

Monumen misionaris asal AS Henry Lyman dan Samuel Munson
Monumen misionaris asal Amerika Serikat, Henry Lyman dan Samuel Munson di Dusun Dolok Nauli, Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. (Foto Dinaspariwisatataput.com)

Dipersiapkan sebagai Misionaris ke Tanah Batak

Samuel Munson lahir pada 23 Maret 1804 di New Sharser, Maine, dan Henry Lyman lahir pada 23 November 1809 di Northhampton, Amerika Serikat. 

Munson dikenal cerdas, sementara Lyman awalnya anti terhadap agama namun kemudian masuk sekolah pendeta dan bertemu Munson.

Setelah tamat dari sekolah pendeta di Andover tahun 1832 dan menikah pada tahun 1833, mereka dipersiapkan sebagai misionaris ke Tanah Batak.

Mereka berangkat dari Amerika Serikat menuju Hindia Belanda dengan kapal 'Dunkan'.

Setelah 105 hari di laut, mereka tiba di Batavia dan disambut oleh Pendeta Madhurst.

Di sana, mereka belajar bahasa Melayu dan membuka praktik pengobatan.

Momen Pemberangkatan ke Tanah Batak

Setelah menguasai bahasa Melayu, mereka mendapat izin dari pemerintah Belanda untuk berangkat ke Tanah Batak

Munson sangat ingin ke Tanah Batak sejak masa sekolah karena literatur yang menggambarkan keindahan alam dan masyarakatnya yang menganut kepercayaan kuno.

Pada 6 April 1834, Pendeta Madhurst mengadakan perjamuan suci untuk memberangkatkan keduanya. 

Dua hari kemudian, mereka berangkat dengan kapal 'Mederika' bersama serdadu Belanda dan para tawanan.

Setelah mengalami badai di laut, mereka tiba di Bengkulu pada 19 April 1834 dan tinggal selama empat hari.

Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke Padang dan disambut oleh Pendeta Ward yang pernah mengunjungi Tanah Batak pada 1824.

Perjalanan ke Sibolga dan Silindung

Pada 17 Juni 1834, mereka tiba di Sibolga dan disambut oleh Tuan Bonnet, pejabat Belanda.

Mereka diberi perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan ke Silindung.

Pada 23 Juni 1834, mereka berangkat ke Silindung bersama penerjemah, tukang masak, dan delapan pendamping lainnya.

Perjalanan selama enam hari melewati belantara dan pegunungan yang sulit.

Mereka tiba di kampung Raja Suasa dan meminta mereka untuk menunda perjalanan ke Silindung karena situasi masih tegang akibat Perang Bonjol. Namun, Munson dan Lyman memilih langsung menuju Silindung.

Sebelum masuk kampung, Munson mengutus penerjemahnya untuk mengecek situasi, namun ia tidak kembali.

Mereka pun tetap melanjutkan perjalanan dan tiba-tiba disergap oleh pengikut Raja Panggalamei yang berteriak "Mulak, mulak ma hamu" (pulanglah kalian).

Terjadi Kesalahpahaman

Karena keterbatasan bahasa, Munson dan Lyman mencoba berkomunikasi dengan isyarat dan menunjukkan Alkitab. Namun, terjadi salah paham dan suasana menjadi kacau.

Lalu, salah satu pengikut mereka, Jan, ingin mencoba menembak namun dicegah oleh Munson. 

Tiba-tiba terdengar letusan dari arah lain dan Lyman roboh terluka. Kemudian Munson dipukuli. 

Sementara Jan melarikan diri dan melaporkan kejadian ke Tuan Bonnet di Sibolga.

Munson dan Lyman dibawa menghadap Raja Panggalamei dan ditanya maksud kedatangan mereka. 

Karena keterbatasan bahasa, mereka hanya menjawab "Horas Tuan, Dame Ma di Hamu".

Ludwig Nommensen 1834–1918
Ludwig Nommensen (1834 – 1918)

Detik-detik Keduanya Dieksekusi Mati

Raja menjadi geram dan membawa mereka ke pasar. 

Di pasar, mereka berdoa dan menyerahkan hidup kepada Tuhan.

Sebelum doa selesai, mereka ditusuk dari belakang.

Masyarakat di Tanah Batak pada masa itu menganggap kematian Munson dan Lyman sebagai kebaikan Tuhan. 

Sekitar 28 tahun kemudian, Nommensen datang ke Tanah Batak dan menjadi misionaris yang berhasil menyebarkan Injil.

Pada 1934, utusan Amerika datang untuk berdamai dan meminta dua keturunan raja bersekolah di Amerika sebagai ganti Munson dan Lyman. Namun, permintaan ditolak karena kekhawatiran akan dijadikan tumbal.

Sebagai gantinya, para raja memberikan tanda berupa batu dari Amerika yang bertuliskan kalimat dalam bahasa Jerman: "Zar Erinnerung an die Amerikanilchen Mariyrer des Evangeliums im Batakland Henry Lyman dan Samuel Munson 1834" yang berarti "Mengingat para martir misionaris Amerika di Tanah Batak, Henry Lyman dan Samuel Munson tahun 1834".

Monumen misionaris AS Henry Lyman dan Samuel Munson
Monumen misionaris asal Amerika Serikat, Henry Lyman dan Samuel Munson di Dusun Dolok Nauli, Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. (Foto Sejarahmartir.wordpress.com)

Kisah Munson dan Lyman ini merupakan misi penginjilan ke Tanah Batak pada 1834 yang berakhir tragis dengan terbunuh dan dimakan oleh penduduk setempat, akibat salah paham budaya dan politik antara kedua misionaris asal AS dengan masyarakat Batak.

Ketidakpahaman ini bersumber dari masyarakat Batak yang curiga bahwa keduanya adalah mata-mata Belanda, ditambah lagi dengan kegagalan memahami bahasa dan adat istiadat, sehingga keduanya dianggap sebagai ancaman.

Peristiwa ini meninggalkan warisan berupa tugu peringatan dan memicu trauma serta permusuhan masyarakat Batak terhadap orang luar, yang memengaruhi datangnya misionaris berikutnya, seperti Ludwig Ingwer Nommensen, yang akhirnya berhasil.  

Latar Belakang Misi Munson dan Lyman

Tujuan Awal:
Samuel Munson dan Henry Lyman adalah misionaris Amerika Serikat yang datang ke Tanah Batak pada tahun 1834 untuk menyebarkan Injil.  

Konteks Politik:
Kedatangan mereka terjadi di tengah ketegangan dengan kehadiran Belanda yang dianggap sebagai penjajah, sehingga misionaris sering dicurigai sebagai agen kolonial.  

Konteks Budaya:
Masyarakat Batak memiliki sistem nilai dan kepercayaan yang kuat, serta budaya kanibalisme.  
Kesalahan Paham dan Akhir Tragis

Kurangnya Persiapan:
Munson dan Lyman dinilai kurang persiapan, tidak memahami bahasa, serta adat istiadat Batak, menyebabkan kesalahpahaman yang mendalam.  

Peringatan yang Diabaikan:
Seorang kepala desa yang ramah mencoba memperingatkan mereka untuk tidak melanjutkan perjalanan, tetapi nasihat itu diabaikan.  

Penyerangan dan Pembunuhan:
Pada malam 28 Juni 1834, mereka dicegat oleh sekelompok orang Batak bersenjata, kemudian dibunuh dan mayatnya dimakan.  

Tuduhan Kanibalisme:
Peristiwa ini memicu perdebatan dan penelitian untuk mengungkap fakta kanibalisme di Tanah Batak pada masa itu.  

Warisan dan Dampak

Tugu Munson-Lyman:
Untuk mengenang kedua misionaris yang tewas dalam misi ini, didirikan tugu Munson-Lyman di Tarutung, Tapanuli Utara.

Pengaruh pada Misi Berikutnya:
Kejadian tragis ini memengaruhi penerimaan misionaris selanjutnya, seperti Ludwig Ingwer Nommensen, yang pada akhirnya berhasil mengembangkan Kekristenan di Tanah Batak

Referensi:

1. Hard bargaining in Sumatra: western travelers and Toba Bataks in ... - Page 80 Andrew Causey - 2003 "In that year, two American Baptist missionaties, Henry Lyman and Samuel Munson, went inland from Tapanooli (now called Sibolga), a port village on the west coast of Sumatra. Traveling with a retinue of porters and attendants, ..."

2. The United States in Asia: a historical dictionary - Page 312 David Shavit - 1990 "Lyman graduated from Harvard University and the Imperial School of Mines (Paris), and studied at the Royal Academy ... Murdered June 28, 1834, in Sacca, Sumatra. References: ACAB; AndoverTS; EM; LC; Hannah Lyman, The Martyr of Sumatra ..."

3. A biographical study of Ingwer Ludwig Nommensen, 1834-1918 Page 72 Martin E. Lehmann - 1996 "Leaving their wives behind in Batavia, Lyman and Munson set sail for the harbor of Padang on the west coast of Sumatra in April, 1834. At Padang they met Ward who approximately thirteen years before had visited the Bataks in the .."

(*/Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved