Breaking News

Berita Viral

BANYAKNYA Korban Keracunan MBG, Natalius Pigai Sebut Human Error dan Tidak Ada Pelanggaran HAM

Ribuan kasus keracunan yang terjadi di berbagai wilayah karena nenu Makan Bergizi Gratis (MBG) memicu kekhawatiran

Editor: AbdiTumanggor
Kolase Foto Ilustrasi/Istimewa
KASUS KERACUNAN SISWA: Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai memberikan pandangannya terkait insiden tersebut, menegaskan bahwa kasus keracunan MBG tidak serta-merta masuk dalam kategori pelanggaran HAM. (KOLASE FOTO ILUSTRASI/ISTIMEWA) 

Pigai mengakui bahwa pelaksanaan MBG menghadapi berbagai kendala, mulai dari produksi, distribusi, hingga pengawasan.

Salah satu masalah utama adalah keterampilan juru masak yang belum memadai.

"Ada kendala dalam keterampilan memasak, distribusi pangan, dan tempat penyimpanan. Pengawasan juga masih kurang," ungkapnya.

Meski demikian, Pigai menegaskan bahwa program MBG tetap harus berjalan dengan disertai revitalisasi, peningkatan keterampilan, dan pengawasan yang lebih ketat.

Ia menyarankan agar pemerintah merekrut tenaga-tenaga terampil untuk mendukung pelaksanaan program secara lebih profesional.

Data Korban dan Temuan Kemenkes

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hidayana, menyebutkan bahwa hingga 30 September 2025, terdapat lebih dari 6.457 orang yang terdampak keracunan MBG.

Kasus terbanyak terjadi di Pulau Jawa, dengan 4.147 korban, disusul Sumatera sebanyak 1.307 orang, dan wilayah Indonesia timur sebanyak 1.003 orang.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengidentifikasi delapan jenis bakteri dan dua virus sebagai penyebab utama keracunan.

Bakteri tersebut meliputi salmonella, escherichia coli, bacillus cereus, staphylococcus aureus, clostridium perfringens, listeria monocytogenes, campylobacter jejuni, dan shigella. Sementara virus yang ditemukan adalah norovirus atau rotavirus dan hepatitis A.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya identifikasi mikroorganisme tersebut untuk menentukan jenis perawatan yang tepat bagi korban.

Ia juga menyebut bahwa temuan ini membantu melacak sumber keracunan dan memperbaiki sistem sanitasi di dapur-dapur MBG.

Tantangan Sanitasi dan Infrastruktur

Dadan Hidayana mengungkap bahwa banyak dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum memiliki sanitasi air yang memadai.

Presiden pun telah memerintahkan agar seluruh SPPG dilengkapi dengan alat sterilisasi. Di beberapa daerah seperti Bandung, meski dapur tertata baik, standar pencucian alat makan masih belum sesuai aturan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved