Berita Viral

Motor Brebet Makin Banyak di Jatim, Petugas SPBU: Warna Pertalite Kini Berbeda, Bau Lebih Menyengat

BBM jenis Pertalite di Kabupaten Pamekasan sering berubah warna hijau kehitaman hingga berbau menyengat ke hidung. 

Editor: Juang Naibaho
TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO
PERTALITE OPLOSAN - Suasana SPBU 14.201.135 di Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Selamat, Medan Tuntungan, Kota Medan usai disegel Polisi, Jumat (7/3/2025) karena menjual minyak jenis Pertalite oplosan. Saat ini, fenomena sepeda motor brebet usai mengisi BBM jenis Pertalite di SPBU Pertamina makin meluas di Jawa Timur (Jatim). 

TRIBUN-MEDAN.com - Fenomena sepeda motor brebet atau mengalami masalah mesin usai mengisi BBM jenis Pertalite di SPBU Pertamina makin meluas di Jawa Timur (Jatim).

Awalnya, keluhan ini dirasakan sejumlah pengendara di tiga kabupaten yakni Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro. Selang beberapa hari, kasus serupa muncul di sejumlah kabupaten dan kota lainnya, termasuk Pamekasan.

BBM jenis Pertalite di Kabupaten Pamekasan sering berubah warna hijau kehitaman hingga berbau menyengat ke hidung. 

Hal itu diungkapkan petugas SPBU di Jalan Trunojoyo Pamekasan, Misyanto (53), Rabu (29/10/2025). 

Ia mengaku perubahan warna itu terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Warna Pertalite hijau kehitaman. 

"Warna Pertalite sering saya temui lebih hitam dari biasanya. Hijau kehitaman," ucapnya. 

Perubahan warna tidak tiap hari. Kadang normal, keesokan harinya kembali menghitam. 

Namun, dalam beberapa pekan perubahan warna sudah terjadi lebih dari lima kali. 

"Saya juga tidak tahu penyebab perubahan warna. Kami hanya bertugas menjual kepada masyarakat," katanya. 

Selain itu, bau pertalite lebih menyengat dari biasanya. Bahkan, bau menyengat hidung terasa dari luar tangki penyimpanan di SPBU. 

"Baunya lebih terasa menyengat ke hidung saat mobil tangki dari Pertamina datang menyuplai ke SPBU," ungkapnya. 

Dikatakan, bau Pertalite lebih kuat dan mengganggu pernapasan. "Bahkan saya menjauh saat Pertalite dipindah dari mobil tangki Pertamina ke tangki SPBU," ucapnya. 

Meski begitu, penjualan BBM jenis Pertalite masih normal. Pengendara mobil masih banyak memilih Pertalite. 

"Pembeli Pertalite masih normal, sementara pembeli Pertamax juga ada peningkatan," imbuhnya. 

Susmiyati (41), salah satu pengecer BBM jenis Pertalite membenarkan adanya perubahan warna jadi hijau kehitaman. 

"Warnanya memang sering berubah. Kadang normal, kadang hijau kehitaman. Lebih gelap dari biasanya," ucapnya. 

Menurutnya, warna Pertalite lebih terlihat saat malam hari. Saat botol eceran berisi Pertalite terkena sinar lampu. 

"Perbededaan warna Pertalite lebih jelas. Karena kadang ada sisa Pertalite di pembelian sebelumnya, jadi warnanya beda," katanya.

Soal bau menyengat, iapun membenarkan lebih keras dari biasanya. "Saya sering harus pakai masker karena baunya berubah lebih menyengat ke hidung," imbuhnya. 

Puluhan Motor Masuk Bengkel

Sementara itu, Service Advisor bengkel Honda Anugrah Jaya Bangkalan, Alfian, mengatakan sejak kemarin terdapat sekitar 20 motor yang mengalami keluhan serupa yakni motor brebet.

"Iya dari kemarin ramai, rata-rata keluhannya sama, motor brebet," ujarnya, Rabu (29/10/2025). 

Akibatnya, tangki motor milik pelanggannya itu harus dikuras. Saat bahan bakar dikeluarkan, Alfian mengaku aroma yang keluar lebih menyengat dari biasanya. 

"Baunya lebih menyengat. Kalau warnanya sih sama dengan Pertalite pada umumnya," imbuhnya. 

Ia menduga, kerusakan motor itu terjadi akibat bahan bakar yang dicampur dengan cairan lain. Namun ia tak bisa memastikan campuran cairan apa yang ada di dalam Pertalite tersebut. 

"Untuk campurannya apa saya tidak tau, ya kemungkinan etanol itu. Karena sebelumnya sangat jarang kasus motor brebet apalagi ini serentak sama keluhannya," ungkapnya. 

Salah satu pelanggan bengkel, Roni, mengaku semula motornya tidak mengalami kendala apapun. Namun, setelah ia mengisi Pertalite di Krian kemarin, motornya mulai tidak nyaman digunakan. 

"Jadi sebelumnya itu enak. Kemarin isi Pertalite di Krian, setelah itu motornya mulai tidak enak dipakai. Lalu tadi brebet saya bawa ke bengkel," jelasnya. 

Ia mengaku resah dengan adanya isu campuran etanol di dalam bahan bakar Pertalite. Sebab, motor miliknya itu digunakan untuk wara wiri keluar kota menggunakan Pertalite. 

"Ya kami sebagai pelanggan Pertamina juga resah kalau memang isu itu benar. Pertalite ini menjadi kebutuhan pokok bagi kami yang sering pakai motor," imbuhnya. 

Akibat kerusakan tersebut, ia harus merogoh kocek hingga Rp 250.000 untuk melakukan perbaikan motornya agak kembali nyaman digunakan.

"Seharusnya uang tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan lain, terpaksa untuk memperbaiki motor," ungkapnya. 

Pelanggan lain, Ansori, mengaku juga mengalami keluhan brebet. Akibatnya, ia harus mengganti busi motornya dan membersihkan tangki bahan bakar kendaraan tersebut. 

"Iya ini tadi ganti busi. Tangki juga dikuras supaya tidak brebet lagi. Ya mau tidak mau beralih ke Pertamax," ujarnya. 

Di Surabaya, sejumlah konsumen yang terdampak BBM Pertalite mulai melapor ke SPBU Pertamina

Terdapat empat SPBU di Surabaya yang membuka posko pengaduan. Salah satunya, SPBU 5460146, Jalan Arif Rahman Hakim No 150, Kecamatan Sukolilo. 

Dikutip dari Kompas.com, seorang konsumen terdampak tengah melapor sekitar pukul 16.00 WIB. Ia adalah Eko Dwi Santoso (30), warga Kapas Baru, Kenjeran, Surabaya. 

“Saya beli Pertalite kemarin pukul 06.15 WIB di sini (SPBU Arief Rahman Hakim). Mulai Brebet kemarin malam pukul 21.00 WIB,” kata Eko, Rabu (29/10/2025). 

Namun, pagi harinya sekitar pukul 08.00 WIB saat istrinya menggunakan motor untuk mengantarkan anak ke sekolah, kendaraannya mendadak mogok. 

“Seperti kehabisan bensin, tapi bensinnya masih ada. Tadi sempat saya servis dan ganti busi habis sekitar Rp 60.000,” jelasnya.

Sehari-hari, ia bekerja sebagai ojek online (ojol). Hari ini ia memutuskan untuk tidak bekerja karena khawatir membawa penumpang dengan kondisi motor brebet

“Ya khawatir, saya kan bawa penumpang. Kalau ada apa-apa gimana. Jadi ya libur dulu,” bebernya. 

Ia berharap, setelah melapor ke SPBU ada tindak lanjut dari Pertamina untuk segera memperbaiki kualitas BBM Pertalite. 

“Kecewa, karena kalau diisi pertalite, rusak. Kalau bisa ya normal kaya dulu lagi, kan masyarakat kecil kan belinya pertalite, pertamax." 

"Kalau pertamax turbo, dll itu gak bisa beli. Selisihnya 3 ribu bisa buat beli susu itu. Kan agak berat kalau anak kecil,” jelasnya. 

Sementara itu, istrinya Viga Puspitarini (30) mengatakan bahwa mereka memutuskan melapor usai membaca informasi dari media bahwa Pertamina membuka posko pengaduan. 

“Waktu di jalan mati sendiri. Sudah diservis 1 kali jadi kami khawatir. Terus saya baca media banyak yang melapor jadi kami ikut lapor daripada banyak korban juga,” tuturnya. 

Viga juga mengizinkan suaminya tidak menarik penumpang sementara waktu sebab ia khawatir akan kondisi penumpang dan keluarganya. “Gak bisa Gojek ini karena baru diservis. Kalau buat Gojek takut,” ujarnya. (*/tribunmedan.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved