Berita Viral

Duduk Perkara Bripka Abdul Salman Ditikam Pamannya, Merasa Tak Dihargai Istri Saat Keponakan Datang

Hanya saja, sang istri yang berinisial N disebut tidak mengabari terkai Bripka LAS yang akan tidur di rumah. 

|
Dok. Polresta Kendari
PEMBUNUHAN POLISI DI KENDARI - Kolase foto pelaku pembunuhan inisial J, merupakan PNS TNI di salah satu institusi ditangkap polisi di rumahnya di Jalan Budi Utomo, Kelurahan Mataiwoi, Kecamatan Wua-Wua, Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra), Sabtu (15/11/2025) dini hari (foto kiri). J ditangkap masih berseragam usai membunuh anggota polisi Bripka Laode Abdul Salman (36) hingga tergeletak bersimbah darah di rumah pelaku, Sabtu dini hari pukul 01.30 WITA (foto kanan atas). Seragam yang dipakai pelaku masih berlumuran darah jadi barang bukti (foto kanan bawah). 

Lantas seperti apa sosok polisi yang menjadi korban ini? 

Bripka Laode Abdul Salman SH dikenal sebagai polisi berprestasi. 

Ia bertugas di Polres Tolikara, Papua. Wilayah yang berada di bagian tengah Papua.

Daerah ini, berbatasan langsung dengan Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Mamberamo Tengah, dan Kabupaten Mamberamo Raya. 

Untuk mengakses lokasinya dengan menempuh jalur udara dan darat melalui Wamena, ibu kota Provinsi Papua Pegunungan. 

Namun, mengingat akses darat yang cukup menantang, sehingga paling efektif melalui jalur udara. 

Transportasi udara merupakan moda yang paling vital dan sering digunakan mengingat topografi Papua yang bergunung-gunung. 

Bripka Laode Abdul Salman merupakan anggota Polri. 

Dirinya bertugas di Papua dan mengemban jabatan sebagai Penjabat Sementara (PS) Paurmin Bag Ren Polres Tolikara. 

Ia memiliki tugas menyelenggarakan urusan perencanaan dan administrasi umum, ketatausahaan, urusan dalam, personel, logistik, dan pelayanan keuangan di lingkungan Bagian Perencanaan (Bagren) Polres. 

Biasanya, saat anggota Polri diberikan amanah sebagai PS (Penjabat Sementara) adalah Perwira Urusan Administrasi yang membantu Kabagren dalam melaksanakan tugas-tugasnya, seperti menyusun rencana kegiatan tahunan hingga mengelola keuangan. 

Meski lahir dan bertugas di Papua, Bripka Laode Abdul Salman memiliki darah Muna, Sulawesi Tenggara. 

Ia lahir di Jaya Pura pada 8 Desember 1988. 

Dirinya pun merupakan warga Kota Jayapura Provinsi Papua. 

Prestasi di Bidang Paralayang
Laode Abdul Salman juga memiliki prestasi dibidang paralayang. 

Dirinya bahkan beberapa kali mewakili Polres Tolikara untuk menunjukkan ketangkasannya sebagai seorang atlet. 

Misalnya pada tahun 2020 silam saat HUT KE-75 Kemerdekaan RI, ia bersama dengan empat anggota Polres Tolikara kibarkan Bendera Merah Putih dengan menggunakan paralayang di Kota Karubaga, Kabupaten Tolikara. 

Tak hanya sekali, pada tahun 2023 juga, ia bersama timnya kembali melakukan atraksi paralayang. 

Ia tak hanya sebagai peserta paralayang, namun juga turut melatih personel lainnya. 

Olahraga paralayang adalah olahraga terbang bebas menggunakan parasut modifikasi yang lepas landas dari lereng bukit atau gunung dengan berlari. 

Olahraga ini memanfaatkan angin untuk terbang melayang di udara tanpa mesin.

Tewas di Tangan Paman
Sosok anggota Kepolisian Resort atau Polres Tolikara, Papua Pegunungan, ini meregang nyawa setelah ditikam pamannya Junaido (43), Sabtu (15/11/2025) dinihari sekitar pukul 01.30 wita.

Penganiayaan menggunakan senjata tajam (tajam) jenis badik yang menewaskan korban yang juga pelatih paralayang (olahraga terbang bebas menggunakan parasut) tersebut terjadi di rumah pelaku.

Lokasi kejadiannya di Lorong Merak, Jalan Budi Utomo, Kelurahan Mataiwoi, Kecamatan Wua-Wua, Kendari, ibu kota Provinsi Sultra.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dari bahan keterangan kepolisian yang diperoleh dan dihimpun TribunnewsSultra.com, kronologi pembunuhan berawal dari aksi heroik Bripka LAS.

Sosok polisi kelahiran Jayapura, 8 Desember 1988, berdarah Muna, Sultra, ini berupaya menyelamatkan sang tante, HA (41), dan sepupunya, FI (20), dari amukan J.

Bahkan, J yang terlibat cekcok dengan HA dan FI bahkan sempat ingin menikam anak dan istrinya tersebut.

Dari keterangan HA kepada kepolisian, dia sedang beristirahat dengan anaknya di rumah tersebut, pada Sabtu dinihari sekitar pukul 00.00.

Kemudian, suaminya J yang merupakan sosok Pegawai Negeri Sipil (PNS) salah satu institusi pulang selepas dari piket jaga di markasnya.

J di bawah pengaruh minuman beralkohol pun terlibat cekcok dengan HA dan anaknya FI di dalam rumah.

Selanjutnya, J sempat ingin menikam anak dan istrinya HA.

Bripka LAS, keponakan HA, yang juga berada di dalam rumah tersebut mendengar keributan.

Korban sempat melerai pertengkaran tante dan pamannya.

Kemudian, memerintahkan HA dan FI keluar dari rumah untuk mengamankan diri.

Tetapi J malah berbalik menyerang Bripka LAS dengan menggunakan badik hingga korban tewas.

HA dan FI kemudian lari keluar rumah untuk meminta pertolongan warga.

Sebelumnya, Kepala Unit (Kanit) Resmob Subdit III Jatanras Dit Reskrimum Polda Sultra, AKP Gayuh Pambudhi Utomo, membenarkan peristiwa itu.

Korban disebutkan datang ke Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dalam rangka bertugas sebagai pelatih paralayang.

Dia membawa para atlet olahraga terbang bebas dengan menggunakan parasut tersebut bertanding di daerah ini.

“Korban ini merupakan pelatih atlet paralayang dan kedatangannya mengawal anak didiknya untuk bertanding,” katanya.

Selama berada di ibu kota Provinsi Sultra, Bripka LAS, juga menginap di rumah paman dan tantenya, pasangan J dan HA.

“Korban memiliki keluarga besar di Muna, namun lahir di Jayapura, saat ini bertugas di Polres Tolikara dengan pangkat Bripka,” jelasnya.

Namun naas keberadaannya dalam rangka bertugas mendampingi atletnya di kota ini berujung duka.

Korban tewas bersimbah darah setelah ditikam oleh J dengan menggunakan badik.

LAS ditemukan tertelungkup tak bernyawa dengan kondisi berlumuran darah di lantai rumah J sekitar pukul 01.30 wita.

Di tubuhnya ditemukan banyak luka tusuk dan sayatan.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota atau Kasatreskrim Polresta Kendari, AKP Welliwanto Malau, juga membenarkan peristiwa tersebut.

“Iya korban tewas di lokasi kejadian,” ujar AKP Welliwanto ditemui di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Kendari.

Pihak kepolisian juga telah mengamankan terduga pelaku.

Pengakuan Anak
Keterangan yang disampaikan HA, pun senada dengan keterangan FI.

FI dalam bahan keterangan kepolisian mengaku awalnya sementara tidur dan tetiba dibangunkan oleh adiknya.

Pemuda berusia 20 tahun ini kemudian melihat sang ayah J memukul ibunya HA, sang anak pun berupaya mencegahnya.

Namun, pelaku mengambil pisau dan malah mengejar FI hingga sang anak langsung keluar rumah dan melarikan diri.

Korban Bripa LAS yang sementara tidur terbangun mendengar keributan.

Kemudian, korban hendak melerai dan mengamankan pelaku.

Namun, pelaku yang sementara memegang pisau langsung melakulan penganiayaan terhadap korban hingga tidak bernyawa.

FI kemudian meminta pertolongan kepada warga sekitar.

Salah satu warga mencoba berdialog dan membujuk pelaku yang sementara mengamuk memecahkan kaca belakang rumah.

Setelah berdialog, warga masuk ke dalam rumah dan mendapati korban sudah telah tergeletak berlumuran darah.

Warga langsung menghubungi pihak kepolisian.

Berdasarkan keterangan FI, sang ayah atau terduga pelaku telah sering melakukan penganiayaan terhadap ibunya saat dalam kondisi mabuk.

Menerima laporan warga, unit Resmob Polda Sultra mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).

Disebutkan, sempat terjadi perlawanan dari pelaku yang masih memegang sajam terhadap polisi.

Kemudian, tim melakukan pendekatan terhadap pelaku dan bernegosiasi.

Hingga akhirnya pelaku berhasil diamankan.

Tim kemudian mengecek ke dalam rumah dan menemukan korban yang sudah meninggal dunia.

Selanjutnya, pelaku yang masih dalam kondisi penuh darah dibawa ke RS Bhayangkara Kendari untuk dilakukan pemeriksaan.

Pada pukul 02.30 wita, piket Ditreskrimum Polda Sultra tiba di  TKP.

Tim Identifikasi Polresta Kendari selanjutnya tiba sekitar pukul 03.00 wita dan melakukan olah TKP.

Sekitar pukul 03.40 wita, jasad korban dibawa ke RS Bhayangkara.

Jarak lokasi kejadian di Lorong Merak, Jalan Budi Utomo, ke RS tersebut hanya berjarak sekitar 3 kilometer (km).

Lokasi kejadian pun tak jauh dari Kantor Wali Kota Kendari, Jalan Abdullah Silondae, hanya sekitar 3,5-4 km atau 7 menit berkendara.

(Tribun-Medan.com)

Artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved