Gunung Semeru Erupsi
Gunung Semeru Erupsi Level IV, Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Darurat 7 Hari
Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Rabu (19/11/2025) sore mengalami erupsi. Gunung Semeru mengeluarkan awan panas sejauh lima kilometer.
Ringkasan Berita:
- Gunung Semeru di Jawa Timur mengalami erupsi pada Rabu (19/11/2025) sore, memicu peningkatan aktivitas vulkanik dan perhatian luas dari warganet
- Erupsi dimulai pukul 14.13 WIB dengan munculnya awan panas dan kolom abu, lalu meningkat pada pukul 16.00 WIB ketika kolom abu mencapai 2.000 meter
- Awan panas meluncur hingga lima kilometer, disertai suara gemuruh dan penyebaran abu ke arah tenggara, membuat wisatawan dan warga sekitar memantau dari lokasi aman
- Saat ini statusnya di Level IV (Awas)
TRIBUN-MEDAN.COM,- Informasi seputar Gunung Semeru erupsi tengah banyak dicari oleh warganet.
Gunung Semeru terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Secara administratif, Gunung Semeru berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang.
Gunung ini merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknya yang dikenal sebagai Mahameru setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut.
Baca juga: Respons Gubsu Bobby Nasution soal Temuan Cacing di Menu MBG SMAN 6 Medan
Gunung Semeru juga masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang dikenal dengan keindahan alam dan keanekaragaman hayatinya.
Karena itu pula, banyak wisatawan yang kadang pergi ke Gunung Semeru.
Namun, setelah Gunung Semeru erupsi, wisatawan yang tadinya tengah melakukan pendakian terpaksa harus turun lagi.
Awal Erupsi
Menurut laporan yang ada, Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur ini mengalami erupsi pada Rabu (19/11/2025) sore.
Semburan awan panas yang keluar dari kawah gunung meluncur sejauh lima kilometer.
Kronologis erupsi Gunung Semeru ini dimulai pada pukul 14.13 WIB.
Baca juga: VIRAL Sosok Choirul Ricky Pria di Pasuruan Nikahi Pacarnya Pakai Mahar Sound Speaker
Saat itu, muncul awan panas dan kolom abu yang menyebar ke udara.
Pukul 16.00 WIB, erupsi semakin intens dengan ketinggian kolom abu mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncak gunung.
Setelah abu menyebur, tampak angin mengarah ke tenggara, ke sektor Besuk Kobokan.
Saat erupsi terjadi, suara gemuruh beberapa kali terdengar dan sempat menimbulkan kekhawatiran warga di sekitar.
Baca juga: SOSOK dan Harta Kekayaan AKBP Basuki, Kasubdit Dalmas Polda Jateng Dalam Kasus Tewasnya Dosen Untag
Sejumlah warga yang ada di Hunian Tetap Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro, tampak memantau aktivitas Gunung Semeru dari lokasi yang aman.
Setelah sempat menyembut, pemerintah sempat menetapkan status aktivitas Gunung Semeru di Level III (Siaga).
Kemudian, pada pukul 17.00 WIB, statusnya naik menjadi Level IV (Awas).
Kementerian PU Pantau Jembatan
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mencatat ada 20 jembatan yang masuk pada jaringan jalan nasional yang berada di zona potensi paparan awan panas maupun aliran material vulkanik dari erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur.
Pada Rabu (19/11/2025) pukul 14.13 WIB, Gunung Semeru mengalami erupsi berupa Awan Panas yang berlangsung beruntun dengan amplitudo maksimum mencapai 37 mm.
Kondisi visual yang tertutup kabut membuat jarak luncur awan panas belum terpantau secara pasti.
Baca juga: SOSOK Aipda Ependi Selamatkan Remaja yang Nyaris Tenggelam, Spontan Terjun ke Kali, Takut Menyesal
Badan Geologi telah menetapkan kenaikan status aktivitas vulkanik Semeru dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas).
Masyarakat diminta tidak beraktivitas pada sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan hingga radius 20 kilometer dari puncak gunung.
Pemerintah Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan Status Tanggap Darurat selama 7 (tujuh) hari terhitung sejak 19 November 2025 sampai dengan 25 November 2025.
Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan, pihaknya terus memonitor kondisi infrastruktur di kawasan Semeru.
Baca juga: Profil dan Harta Kekayaan Mardani Ali Sera yang Baru Dicopot PKS dari Posisi BKSAP
"Kami menghimbau masyarakat untuk tetap mengikuti arahan Badan Geologi dan BPBD setempat," kata Dody dikutip dari siaran pers pada Kamis (20/11/2025).
Kementerian PU melalui balai-balai di Jawa Timur seperti Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur–Bali dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas terus melakukan koordinasi intensif dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur dan instansi terkait lainnya.
Pemantauan kondisi salah satunya dilakukan pada 20 jembatan jaringan jalan nasional yang berada di zona potensi paparan awan panas maupun aliran material vulkanik.
Penanganan teknis belum dilakukan karena aktivitas vulkanik masih berlangsung dan situasi lapangan belum aman bagi petugas.
Namun, seluruh perangkat teknis BBPJN Jatim-Bali telah disiagakan untuk melakukan pemeriksaan, pembersihan, hingga penanganan darurat apabila kondisi memungkinkan.
Baca juga: Profil dan Harta Kekayaan Muryanto Amin, Rektor USU Terpilih yang Terseret Isu Dugaan Korupsi Jalan
Dalam radius kawasan yang berpotensi terdampak, ada 20 jembatan jaringan jalan nasional yang saat ini menjadi fokus pemantauan. Berikut daftarnya:
- Jembatan Kali Manjing (73 meter)
- Kali Genting (16,9 meter)
- Lebakroto (14 meter)
- Sumber Bulus A (38,5 meter)
- Sumber Bulus B (35,6 meter)
- Kali Glidik I (7 meter)
- Kali Glidik II (38 meter)
- Sumber Rowo III (25 meter)
- Kali Bening (31 meter)
- Kali Lengkong (80,4 meter)
- Jembatan Kali Telu (7,5 meter)
- Supit Urang II (6,5 meter)
- Besuk Kobokan (129 meter)
- Krumbang (8,1 meter)
- Kali Kecik (15,7 meter)
- Kali Pancing (100 meter)
- Kali Mujur (183 meter)
- Jagalan (7,2 meter)
- Dam Songo (8,8 meter)
- Krobyokan (16,5 meter)
Perjalanan KAI
PT KAI Daop 9 Jember melaporkan bahwa perjalanan kereta api (KA) di wilayahnya tetap aman dan berjalan normal meskipun Gunung Semeru mengalami erupsi pada Rabu (19/11/2025).
Laporan BPBD Kabupaten Lumajang melaporkan bahwa Semeru memuntahkan awan panas guguran sejauh 5,5 kilometer ke arah Besuk Kobokan.
Kolom abu berwarna kelabu pekat terpantau condong ke barat laut hingga utara dengan intensitas tebal.
Manager Hukum dan Humas Daop 9 Jember, Cahyo Widiantoro mengatakan KAI Daop 9 Jember langsung mengerahkan tim melakukan pemeriksaan menyeluruh pada lintas Jatiroto, Ranuyoso, jalur kereta yang paling dekat dengan kawasan Gunung Semeru.
Pengecekan meliputi rel, jembatan, stasiun, hingga perlintasan sebidang untuk memastikan tidak ada gangguan bagi perjalanan KA.
Hasil inspeksi, kata dia, menunjukkan seluruh prasarana berada dalam kondisi aman dan tidak ditemukan material vulkanik seperti abu maupun pasir yang berpotensi menghambat operasional.
Dengan demikian, seluruh perjalanan KA jarak jauh maupun komuter tetap beroperasi sesuai jadwal.
Sebagai langkah mitigasi tambahan, pihaknya pun meningkatkan patroli jalur serta menyiagakan peralatan pembersihan bila sewaktu-waktu terjadi hujan abu.
KAI juga menempatkan Alat Material Untuk Siaga (AMUS) di Stasiun Probolinggo, Klakah, dan Jember sebagai upaya percepatan penanganan bila muncul gangguan prasarana.
Pihaknya memastikan bahwa keselamatan pelanggan menjadi prioritas utama perusahaan.
“Kondisi perjalanan kereta api di wilayah Daop 9 Jember aman. Petugas kami telah melakukan pemeriksaan menyeluruh, terutama di lintas Jatiroto–Ranuyoso yang paling dekat dengan Semeru. Hingga saat ini tidak ditemukan adanya material vulkanik yang mengganggu jalur,” ujar Cahyo.
Ia menambahkan bahwa pihaknya terus menyiapkan langkah antisipasi untuk menjaga kelancaran perjalanan.
“Ini adalah bentuk komitmen kami untuk memastikan bahwa jika ada perkembangan di lapangan, penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan percaya bahwa KAI selalu mengutamakan keselamatan,” terangnya.
KAI Daop 9 Jember juga terus berkoordinasi dengan BPBD, PVMBG, dan pemerintah daerah untuk memantau aktivitas Semeru secara real time.
Aktivitas Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru telah tercatat sejak abad ke-19 dan mengalami berbagai periode aktivitas yang signifikan.
Berikut adalah datanya.
-
1818: Letusan tercatat pertama kali pada 8 November 1818, menandai sejarah aktivitias vulkanik gunung tertinggi di Pulau Jawa ini.
-
1829-1878: Terjadi beberapa erupsi meskipun dokumentasi kurang lengkap.
-
1941-1942: Periode erupsi cukup lama, dengan ledakan vulkanik dan keluarnya material hingga ketinggian 1.400-1.775 meter.
-
1977: Erupsi signifikan yang menyebabkan kerusakan pada rumah warga dan lahan pertanian.
-
1994: Letusan menyebabkan korban meninggal dan lahar menyapu daerah sekitarnya.
-
2002-2008: Aktivitas vulkanik berulang, termasuk guguran awan panas dan letusan kecil yang membuat situasi berbahaya.
-
4 Desember 2021: Erupsi besar yang diawali dengan keluarnya lahar dan kemudian guguran awan panas yang hebat. Erupsi menyebabkan sekitar 48 orang tewas dan ribuan dievakuasi.
(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.