Berita Viral
BEDA Pengakuan Rizki ke Polisi dan Orang Tua, KBRI tak Temukan Luka Bekas Penyiksaan, Bohong?
Tapi kepada orangtuanya, Rizki mengaku dirinya akan dikontrak menjadi pesepakbola di Medan.
TRIBUN-MEDAN.com - Inilah beda pengakuan Rizki ke polisi dan orang tua.
KBRI tak temukan luka bekas penyiksaan di tubuh Rizki.
Jika sebelumnya muncul kabar Rizki dijebak, belakangan ia mengaku pergi ke Kamboja atas kemauannya sendiri.
Baca juga: HARTA Kekayaan AKBP Basuki Disorot Usai Biayai S3 Dosen Dwinanda, Bantah Punya Hubungan Asmara
Namun karena tak betah dan ingin cepat pulang, Rizki mengarang cerita soal penyiksaan kepada orang tuanya.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Hendra Rochmawan mengungkap pengakuan Rizki soal kebohongannya itu.
Jika sebelumnya ia mengaku akan dikontrak menjadi pesepakbola di Medan ternyata sejak Oktober ia mendaftar untuk bekerja di perusahaan scammer di Kamboja.
Baca juga: Bea Cukai Teluk Nibung Musnahkan 1,7 Juta Batang Rokok Ilegal, Potensi Rugikan Negara Rp 1,1 M
"Rizki ini bukan korban TPPO," ujar Kombes Hendra Rochmawan dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Kompas.com, Kamis (20/11/2025).
"Rizki mengakui yang bersangkutan berbohong kepada orangtua, meminta izin untuk berangkat ke sepak bola di Medan. Tetapi sesungguhnya Rizki mendaftarkan ke perusahaan PT yang ada di Kamboja secara pribadi sebagai scammer. Tetapi yang bersangkutan mengaku sudah tidak betah bekerja di situ," lanjutnya.
Adapun soal cerita Rizki ke orangtuanya bahwa ia mendapatkan penyiksaan selama bekerja di Kamboja, Rizki meralatnya.
Diakui Rizki, ia tidak dianiaya sama sekali selama di Kamboja.
Cerita bohong itu disampaikan Rizki ke orangtuanya agar bisa cepat pulang.
Pihak KBRI pun sudah memeriksa secara menyeluruh perihal kondisi fisik Rizki.
Bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada Rizki.
"Apa yang disampaikan adanya kekerasan, penyiksaan yang bersangkutan, setelah diperiksa secara fisik, Rizki mengakui itu tidak ada. Sudah diperiksa detail itu tidak ada (penyiksaan)," imbuh Kombes Hendra Rochmawan.
Kini Rizki tengah menunggu proses kepulangan ke Indonesia.
Adapun biaya kepulangan dan prosesnya saat ini sedang diurus oleh KBRI serta kepolisian Polda Jabar.
Baca juga: Rahmansyah Sibarani Dilaporkan ke Badan Kehormatan DPRD Sumut, Panthur: Kita Cek
"Masih perlu adanya surat, menunggu proses administrasi, surat perjalanan pengganti passport biar nanti dipulangkan ke Indonesia," ujar Kombes Hendra Rochmawan.
"Kami akan membiayai kepulangan dari yang bersangkutan, berkoordinasi dengan hubinter. Insya Allah dalam waktu dekat rencana kepulangan tanggal 22 (November), semoga betul-betul tercapai," sambungnya.
Saat ini Rizki telah aman berada di KBRI Kamboja.
Pihak kepolisian pun membagikan foto terbaru Rizki setelah tinggal di KBRI.
"Rizki sedang ada di KBRI dan dalam keadaan sehat, baik, wajahnya cerah. Kami selalu berkoordinasi dengan KBRI di sana untuk memastikan," imbuh Kombes Hendra Rochmawan.
Perihal alasannya memviralkan soal jadi korban TPPO, Rizki mengurai penjelasan.
"Sadar betul yang bersangkutan itu mendaftarkan ke PT dia menjadi scammer di Kamboja. Tapi karena keinginnannya dia tidak betah, akhirnya dia membuat status di media sosial, bahwa dia seakan-akan korban TPPO, ini untuk menarik perhatian publik," ungkap Kombes Hendra Rochmawan.
Sebelumnya, Rizki telah mengurai klarifikasi di akun media sosialnya soal isu jadi korban TPPO di Kamboja.
Diungkap Rizki, ia berangkat ke Kamboja tanpa paksaan atau jebakan dari siapapun.
Rizki juga membantah dirinya jadi korban kekerasan selama bekerja.
"Nama saya Rizki Nurfadhilah asal dari Bandung. Berangkat ke sini tidak ada pemaksaan apalagi kekerasan. Intinya saya pengin pulang ke sana karena saya tidak betah di sini," ungkap Rizki.
Adapun alasannya berbohong mengaku jadi korban TPPO, Rizki blak-blakan.
Pemuda usia 18 tahun itu berujar bahwa ia sudah tidak betah tinggal di Kamboja.
"Saya ingin meluruskan masalah yg terkait viral di Indonesia, saya sebenernya gak disiksa dan gak diapa-apain cuma saya pengen pulang aja karena gak betah," akui Rizki.
Kronologi
Ayah Fadhil, Dedi Solehudin (42) menuturkan kronologi dugaan putranya menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
"Anak saya bilang ada kontrak main bola di Medan selama satu tahun. Lalu dijemput ke sini pakai travel, terus dibawa ke Jakarta. Tapi di Jakarta, bukannya ke Medan, malah ke Malaysia. Sebelum akhirnya ke Kamboja," ujar Ayah Fadhil, Dedi Solehudin (42) dikutip dari TribunJabar, Selasa (18/11/2025).
Sesampainya di Kamboja, Dedi menceritakan, anaknya sempat berkomunikasi dia. Sang anak mengabarkan sering mendapatkan tindak kekerasan oleh pimpinannya.
Fadhil diwajibkan mencari 20 kontak calon korban yang kaya raya dari berbagai negara untuk nantinya ditipu. Jika tidak memenuhi target, maka mendapat penyiksaan fisik.
"Kalau enggak dapat, dia disiksa. Sampai 500 kali pukulan, kadang-kadang. Terus disuruh ngangkat galon dari lantai satu sampai lantai 10. Dia tiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam. Bahkan sering belum selesai meski sudah jam 12 malam," katanya.
Baca juga: 5 Jabatan Kosong di Pemko Siantar Akan Diisi Pelaksana Tugas Sebelum Seleksi Terbuka
Dedi mengungkapkan, komunikasi dengan sang anak memang tidak pernah putus hingga saat ini. Namun berdasarkan pengakuan Fadhil, dia melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
Melihat kondisi anak yang tidak baik-baik sjaa, Dedi mengaku sudah mencari bantuan ke berbagai pihak terkait, mulai dari penegak hukum, dinas, sampai ke Gedung Sate.
"Sudah lapor ke semua instansi. Dari polresta, DP3MI yang di Soekarno-Hatta. Hingga ke Gedung Sate untuk ketemu Dedi Mulyadi, juga sudah dilakukan. Tapi belum ada tindak lanjutnya," ucapnya.
Dia berharap, pemerintah dan pihak terkait bisa bergerak cepat untuk menyelamatkan dan memulangkan anaknya yang saat ini sedang terancam di Kamboja.
"Tolong jangan diam saja. Pemerintah bagaimana ini, saya sudah ke berbagai tempat, tapi tidak ada jawaban. Saya sampai minta bantuan teman-teman di TikTok, tapi juga belum ada hasilnya," ujarnya.
Baca juga: Hari Bakti Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan Ke-1: Medan Siap Rayakan Pengabdian
Fadhil berangkat dari Kabupaten Bandung ke Jakarta untuk terbang ke Sumatera Utara. Bukannya sampai ke Medan, Fadhil justru terbang ke Kamboja.
"Berangkat dari Bandung ke Jakarta itu sendiri, dijemput oleh travel. Tanggal 26 Oktober. Tanggal 27 Oktober itu ada unggahan tiket pesawat dari Fadil rute Jakarta-Medan-Kualanamu. Tapi pada 4 November, anaknya bilang ada di Kamboja," ucapnya.
Di awal, Imas belum memiliki rasa curiga kepada pihak yang mengaku sebagai manajer tersebut.
Seiring berjalanya waktu, rasa curiga itu muncul usai beberapa kejanggalan terjadi di keberangkatan cucunya.
"Saya masih komunikasi dengan orang itu. Dia juga sempat menelfon dan memberikan kabar
kalau Fadil ada di Medan. Baru ketika Fadil bilang ada di Kamboja, orang itu hilang," ujarnya.
Mengenai kondisi Fadhil di Kamboja, Imas menceritakan bahwa cucunya itu dipaksa untuk bekerja untuk mencari orang yang bisa 'ditipu' (scammer) dengan modus melalui platform percintaan.
"Dia (Fadhil) bilang kerjaannya 'menipu orang-orang Cina' lewat komputer. Padahal dia tidak bisa komputer. Tapi klau komunikasi dengan keluarga, dia sembunyi-sembunyi di kamar mandi," ucapnya.
Lebih lanjut, kata Imas, Fadhil selama kerja di Kamboja selalu saja mendapat hukuman. Dirinya sering di suruh push up, hingga mendapatkan kekerasan fisik dari pimpinan tempatnya bekerja.
"Katanya kondisinya mengkhawatirkan. Dia sering disiksa. Disiksanya seperti disuruh push-up ratusan kali, disuruh membawa galon ke lantai sepuluh. Padahal anak sekecil itu jelas tidak terbiasa kerja seperti itu," ujarnya.
Melihat kondisi cucu kesayangannya tersebut, Imas mengatakan bahwa dirinya dan keluarga sudah melakukan berbagai upaya untuk memulangkan Fadhil.
Mulai melaporkan kejadian itu kepada Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bandung, Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI), bahkan berupaya menemui Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/KORBAN-TPPO-Malangnya-nasib-Rizki-Nur-Fadhilah-yang-diduga-menjadi-korban-TPPO-di-Kamboja.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.