Berita Viral
Polemik Gapura Gedung Sate Rp 3,9 Miliar, Pelestarian Situs Budaya Justru Cuma Rp 156 Juta
Renovasi Gapura Gedung Sate di Bandung menuai polemik. DPRD Jawa Barat menilai proyek tersebut bentuk pemborosan anggaran.
Selain itu, jalan tersebut dipenuhi lubang dan minim penerangan, sehingga menimbulkan risiko besar bagi para pengguna, khususnya pada malam hari.
Jawa Barat, kata dia, masih memiliki urgensi di sektor sosial maupun infrastruktur yang seharusnya lebih diprioritaskan dibandingkan proyek gapura Gedung Sate.
Komentar Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi kini buka suara usai gapura Gedung Sate jadi kontroversi.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube miliknya, Dedi Mulyadi atau KDM terlihat berbincang dengan Sigit, arsitek ITB sambil meninjau pembangunan gerbang dan gapura yang tengah ramai diperbincangkan publik.
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa banyak warganet mengira desain gapura dan pagar tersebut merupakan ide pribadinya.
Padahal, sebelum dibangun, arsitek terlebih dahulu melakukan riset dan merancang desainnya melalui proses Detail Engineering Design (DED).
"Jadi ini (Gapura Gedung Sate) yang gambar bukan saya. Kalau di Lembur Pakuan yang gambar saya. Kalau di lembur Pakuan itu karena itu pribadi, cuek saya, karena tidak perlu lelang. Kalau di sini harus karena harus ada namanya DED." kata Dedi Mulyadi yang meninjau Gedung Sate, Sabtu (22/11/2025) dikutip dari Grid.id.
Renovasi gerbang dengan anggaran sekitar Rp 3,9 miliar itu, kata Dedi, bersumber dari efisiensi berbagai pos anggaran, termasuk biaya perjalanan dinas dan pengadaan seragam gubernur.
Pada kesempatan yang sama, Sigit membenarkan penjelasan tersebut dan menambahkan bahwa tidak banyak yang mengetahui Gedung Sate dibangun dengan perpaduan berbagai kebudayaan.
Menurutnya, Pemerintah Kolonial Belanda pada masa itu menggabungkan unsur arsitektur Eropa dengan budaya Nusantara, termasuk Sunda.
Namun, mayoritas masyarakat hanya melihat Gedung Sate sebagai bangunan bergaya Eropa.
Sigit mencontohkan penggunaan gaya candi yang tampak pada dinding bawah, pintu gerbang utama, hingga ornamen berbentuk candi di bagian depan Gedung Sate tepat di atas gerbang.
Semua elemen tersebut sudah ada sejak awal pembangunan lebih dari satu abad lalu.
Gaya arsitektur candi pada jendela itulah yang kemudian menjadi inspirasi pembuatan gerbang baru Gedung Sate.
Menurut Sigit, tidak perlu mencari referensi jauh-jauh karena unsur tersebut sudah melekat pada bangunan induknya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Gapura-Gedung-Sate-I.jpg)