PDI Perjuangan Sumut

Dorong Kemandirian, Ketua DPD PDIP Sumut Bakal Hadiahi Petani Desa Terpencil Nisel Kultivator

Di tengah hamparan lahan yang baru dibuka di Desa Hiltobara, Kecamatan Teluk Dalam, semangat para petani kecil tampak menyala

Editor: Arjuna Bakkara
Arjuna Bakkara
Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut Drs. Rapidin Simbolon MM menanam benih jagung Pioner-32 bersama para petani di Desa Hiltobara, Kecamatan Susua, Kabupaten Nias Selatan, Sabtu (12/10/2025). Dalam kegiatan penanaman simbolis itu, Rapidin didampingi Ketua DPRD Nias Selatan Elisati Halawa dan Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut Penyabar Nakhe. Aksi tanam bersama ini menjadi bagian dari penyaluran bantuan 1 ton benih jagung untuk petani kecil sebagai wujud komitmen partai terhadap kedaulatan pangan. 

TRIBUN-MEDAN.COM, NIAS SELATAN-Di tengah hamparan lahan yang baru dibuka di Desa Hiltobara, Kecamatan Teluk Dalam, semangat para petani kecil tampak menyala.

Ketua DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara, Drs. Rapidin Simbolon, MM yang juga Anggota Komisi XIII DPR RI, menantang mereka menanam dengan tekun dan disiplin.

Hadiahnya bukan uang, melainkan sebuah cultivator, alat pertanian yang sangat dibutuhkan petani di pedalaman Nias Selatan.

“Kalau hasil jagung di sini tertinggi dibandingkan daerah lain, saya akan datang lagi membawa cultivator sendiri,” ujar Rapidin, disambut tepuk tangan meriah para petani, Sabtu (11/10/2025).

Rapidin datang bersama Ketua DPRD Nias Selatan Elisati Halawa dan Wakil Ketua DPD PDIP Sumut Penyabar Nakhe.

Ia menyerahkan 300 kilogram benih jagung unggul Pioner-32, yang cukup untuk menanam 20 hektar lahan dengan potensi panen hingga 140 ton.

“Jagung ini bukan sekadar bibit, ini alat perjuangan. Satu hektar bisa menghasilkan tujuh sampai sembilan ton. Kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, hasilnya bisa mencapai Rp840 juta,” jelasnya di hadapan para petani yang duduk melingkar di tanah berumput.

Ia menegaskan, hadiah cultivator bukan sekadar imbalan, melainkan simbol dari semangat petani mandiri yang mampu bekerja dengan tangan sendiri tanpa bergantung pada proyek atau janji.

Rapidin juga mengingatkan pemerintah daerah agar berani mengambil langkah nyata tanpa harus menunggu bantuan dari Jakarta.

“Kalau perlu, pinjam atau beli alat berat untuk buka lahan baru. Negara sedang defisit, tapi rakyat tak boleh berhenti bekerja,” katanya tegas.

Menurutnya, ketahanan pangan di kepulauan seperti Nias adalah soal kemandirian dan keberanian untuk mulai dari bawah.

“Kalau kapal dari Sibolga terlambat saja, Nias bisa krisis pangan. Karena itu, solusinya jelas: bangun ketahanan pangan dari dalam. Dari desa, dari petani,” ujarnya.

Rapidin menyebut, hadiah cultivator yang dijanjikannya adalah bentuk penghargaan terhadap semangat petani yang bekerja keras meski serba terbatas.

“Siapa yang hasilnya paling tinggi, nanti di sini saya kasih hadiah cultivator. Supaya alat itu jadi saksi bahwa kerja keras tidak pernah sia-sia,” katanya dengan senyum bangga.

Ia menambahkan, dirinya tidak ingin petani terus menjadi objek bantuan, melainkan subjek pembangunan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved