Polres Dairi

Akademisi Serukan Menahan Diri, Polres Dairi Berhasil Rekatkan Dua Kelompok Pascaketegangan PT Gruti

Akademisi Universitas Medan Area, Dr. Dedi Sahputra, MA, menyerukan pentingnya menahan diri dalam merespons dinamika kasus PT Gruti.

Editor: Arjuna Bakkara
IST
Akademisi Universitas Medan Area, Dr. Dedi Sahputra, MA, menyerukan pentingnya menahan diri dalam merespons dinamika kasus PT Gruti. Ia menekankan perlunya dialog terbuka dan menjauhi tindakan reaktif yang berpotensi memperburuk keadaan. 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN-Mediasi yang digelar Polres Dairi antara Kelompok Pangihutan Sijabat dan keluarga Parasian Nadeak di Dusun Hite Hoting, Sabtu (15/11/2025), menjadi penanda kecil bahwa dialog masih mungkin dibangun di tengah situasi sosial yang tengah memanas.

Di ruang posko sederhana itu, aparat kepolisian memilih pendekatan merangkul, bukan mengeraskan suara.

Kasat Binmas Polres Dairi, Iptu G. Limbong, memimpin mediasi yang berlangsung tenang dan relatif cair.

Kelompok Pangihutan menyampaikan permintaan maaf, keluarga Parasian menerimanya, dan polisi memastikan bahwa penyelesaian sosial tidak menghalangi jalur hukum.

Pertemuan berlangsung tanpa insiden berarti sebuah momen kontras dari ketegangan yang terjadi di Sidikalang beberapa hari sebelumnya.

Di Medan pada hari yang sama, akademisi FISIP Universitas Medan Area, Dr. Dedi Sahputra, MA, mengingatkan pentingnya menahan diri dalam menyikapi kasus Gruti yang kini menjadi sorotan publik.

Ia menggarisbawahi risiko reaksi emosional yang justru memperburuk keadaan.

“Kedepankan sikap tenang dan tidak mudah terpancing. Sikap reaktif hanya membuat situasi semakin buruk,” ujarnya.

Pernyataannya datang setelah insiden sekelompok massa melempari Mapolres Dairi dengan batu, botol, hingga cabai giling dalam aksi menuntut pembebasan tersangka kasus perusakan PT Gruti.

Akibatnya, sepuluh personel polisi terluka, dua di antaranya mengalami luka robek pada kepala dan telinga sehingga harus dirawat di RSUD Sidikalang.

Kapolres Dairi bersama jajaran langsung menjenguk anggotanya, memastikan kondisi mereka stabil.

Dedi menilai tindakan anarkis bukan jalan keluar. Ia menyebut peran tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat menjadi penting untuk meredam emosi publik dan mendorong dialog terbuka.

“Hukum diciptakan untuk menjamin keteraturan dan keamanan. Semua pihak harus menghormatinya,” kata Dedi.

Seruan serupa juga tampak dalam langkah Polres Dairi yang merawat ruang dialog di tingkat desa.

Mediasi Parbuluan menjadi gambaran bagaimana pendekatan non-konfrontatif masih bisa meredakan sengketa lokal, bahkan ketika situasi regional ditandai ketegangan.

Di tengah dinamika kasus PT Gruti, mediasi itu menunjukkan satu hal di saat berbagai pihak bersuara keras, ruang-ruang kecil percakapan yang difasilitasi kepolisian dan dijaga dengan kesabaran masih mungkin membuka jalan damai.(Jun-tribun-medan.com).

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved