Kisah Bank Sampah Berseri dan Sari Larva Berdaya Gerakkan Ekonomi dan Pendidikan di Kuala Tanjung
Pencapaian yang dilakukan BSB dan SLB sudah menunjukkan manfaat yang positif di Desa Kuala Tanjung.
Penulis: Truly Okto Hasudungan Purba | Editor: Truly Okto Hasudungan Purba
TRIBUN-MEDAN.com, BATUBARA - Langkah kaki Devi (36) terdengar ringan ketika ia keluar dari rumahnya di Dusun I Kuala Makmur, Desa Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batubara, Selasa (2/9/2025) pagi. Kedua tangannya terlihat menggenggam dua plastik asoy ukuran sedang yang berisi sampah kertas dan botol plastik.
Tujuan Devi tak jauh, sebuah bangunan semi permanen yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya: Bank Sampah Berseri (BSB). Tempat ini kini begitu akrab dengan keseharian Devi. Bersama dengan puluhan warga Desa Kuala Tanjung yang menjadi anggota BSB, Devi rutin mengantarkan sampah rumah tangga yang sudah dipilah ke BSB.
Di BSB, petugas menyambut anggota yang datang membawa sampah dengan ramah. Mereka menimbang sampah, menghitung, dan kemudian mencatat jenis dan jumlah sampah dalam buku tabungan, persis seperti bertransaksi di perbankan konvensional.
Saat giliran Devi tiba, karyawan sebuah toko ini meletakkan plastiknya di atas timbangan. Jarum timbangan bergerak dan angka-angka pun muncul. Sampah dihitung berdasarkan kategori: plastik, kertas, atau kaleng. Setiap kilogram sampah mempunyai nilai yang berbeda-beda, tergantung kategori sampah. Jumlah sampah dan nilai uang inilah yang dicatat dalam buku tabungan milik Devi.
Wajah Devi tersenyum ketika melihat buku tabungannya. Hari itu, ia telah melakukan penabungan rutin, tapi tidak dengan uang, melainkan dengan sampah rumah tangga yang telah memiliki nilai ekonomi. Bagi sebagian orang, sampah-sampah yang disetorkan Devi ke BSB dianggap sebagai tumpukan barang yang tak berguna. Namun, bagi Devi yang sudah lima bulan menjadi anggota BSB, sampah-sampah tersebut adalah potensi ekonomi yang bernilai.
“Dari sampah-sampah ini, saya mendapatkan uang dan saya tabung di Bank Sampah Berseri. Ketika jumlahnya sudah mencukupi, saya ambil sebagian untuk membeli kebutuhan pokok di rumah atau kebutuhan anak sekolah. Kalau tiba Idul Fitri, uangnya saya gunakan untuk kebutuhan hari raya,” kata Devi kepada Tribun-Medan.com, Selasa (2/9/2025).
Pengalaman Devi hanyalah satu potongan cerita dari sebuah gerakan kebaikan bernama Bank Sampah Berseri (BSB). Keberadaan BSB ini telah memunculkan kesadaran baru warga desa tentang bagaimana mengatasi permasalahan sampah secara bijak.
“Caranya sebenarnya sederhana. Cukup dengan mengumpulkan sampah, memilahnya, lalu menyetorkannya ke BSB,” terang Devi.
Pendiri sekaligus salah seorang pengelola BSB, Dedi Syahputra (39) menuturkan, BSB sudah beroperasi di Desa Kuala Tanjung sejak November 2024. Pendirian BSB ini dimaksudkan untuk menopang keberadaan kelompok budi daya ulat maggot bernama Sari Larva Berdaya (SLB) yang telah ada di Desa Kuala Tanjung sejak tahun 2021. Dedi juga yang menjadi pencetus berdirinya SLB. Terdapat 15 warga yang menjadi anggota dan mengelola budi daya maggot.
Dedi mengenang, pendirian SLB ini tak lepas dari peran PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Awalnya Dedi dan sejumlah warga lainnya mendapat pelatihan budi daya ulat maggot dari Inalum. Setelah mendapat pelatihan, Dedi pun mendirikan SLB dan SLB menjadi mitra Inalum.
“Sebagai mitra, SLB mendapat kepercayaan untuk mengelola limbah makanan catering perusahaan menjadi pakan untuk budi daya maggot,” kata Dedi kepada Tribun Medan, Senin (1/9/2025).
Dikatakan Dedi, SLB kini memiliki lahan seluas dua rante. Sekitar 0,5 rante lahan digunakan sebagai media beternak ulat maggot. Sedangkan sisanya 1,5 rante digunakan sebagai tempat untuk beternak ikan seperti lele, gurame, nila serta beternak unggas (bebek, ayam, entok).
“Seluruh hasil panen ulat maggot kami gunakan sebagai pakan ikan dan unggas. Agar kebutuhan pakan ikan dan unggas tercukupi setiap hari, ulat manggot diternakkan di 20-an bak. Dengan masa ternak 19-21 hari, ulat maggot dapat dipanen setiap hari sebagai pakan ikan dan unggas,” ujar Dedi.
Budi daya ulat maggot SLB terus berkembang sehingga membutuhkan limbah makanan yang tidak sedikit sebagai pakan. Dedi pun mencari cara agar SLB mendapat pasokan limbah makanan tidak hanya dari Inalum. Dedi akhirnya menemukan ide yang tepat: mendirikan bank sampah. Ia menilai, Desa Kuala Tanjung memiliki potensi limbah makanan dan sampah rumah tangga yang tak kecil. Limbah dan sampah ini masih belum dikelola dengan baik oleh warga.
“Berbagai jenis sampah disatukan saat dibuang. Limbah makanan pun dibuang begitu saja. Bagi saya, limbah dan sampah ini adalah potensi yang menjanjikan secara ekonomi jika dikelola dengan bijak,” kata Dedi.
TERBARU Jajaran Direksi dan Komisaris Inalum: Martuani Sormin dan Ahmad Erani Yustika Diganti |
![]() |
---|
Profil Mayjen TNI Purn Musa Bangun, Waketum Gerindra yang Kini Jadi Komisaris Utama PT Inalum |
![]() |
---|
Profil Melati Sarnita, Direktur Utama PT Inalum yang Berpengalaman di Sektor Baja dan Energi |
![]() |
---|
INALUM dan Pemkab Batu Bara Berkolaborasi Dukung UMKM Go Modern dan Naik Kelas |
![]() |
---|
Peringati HMPI, Jasa Tirta dan Inalum Tanam Pohon di 7 Kabupaten Sekitar Danau Toba |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.