Kapal Tenggelam

Ratna Sarumpaet Sebutkan Dampak Buruk bagi Dunia Pariwisata, hingga Minta Luhut Nyebur ke Danau Toba

Pemberhentian pencarian korban hilang KM Sinar Bangun berdampak buruk pada kelangsungan dunia pariwisata di Danau Toba.

Penulis: M.Andimaz Kahfi |
TRIBUN MEDAN/DIMAZ
Ratna Sarumpaet saat menggelar temu pers di Medan sepulangnya dari Demaga Pelabuhan Tigaras, Simalungun. 

Laporan Wartawan Tribun Medan / M Andimaz Kahfi

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Aktivitas Hak Asasi Manusia (HAM) Ratna Sarumpaet menantang keras pemberhentian pencarian korban hilang KM Sinar Bangun oleh Pemkab Simalungun, Somosir dan Tim Basarnas gabungan yang mencari korban hilang tersebut.

Ratna mengatakan padahal saat ia sampai di Pelabuhan Tigaras, ia masih melihat banyak rakyat menangis di depan matanya.

Baca: Heboh Cekcok dengan Luhut, Ratna Cerita Soal Uang Santunan Hingga Pencarian Korban Dihentikan

Baca: Kapten Doni Silalahi: Video Itu Tidak Benar, Aku Langsung Tancap Gas untuk Menolong Korban

Baca: Dituding Cari Panggung dalam Duka Keluarga Korban KM Sinar Bangun, Ini Alasan Ratna Sarumpaet

 Baca: Minta Jasad Diangkat, Keluarga Korban: Jangankan Sepotong Tangan, Bajunya Pun Kami Perlu

Menurutnya dilakukannya pemberhentian pencarian korban hilang KM Sinar Bangun, tentu berdampak buruk nantinya pada kelangsungan dunia pariwisata di Danau Toba.

"Dampaknya pada Danau Toba sebagai tempat wisata, orang bisa takut datang kesitu," kata Ratna di Hotel Miyana, Senin (2/7/2018).

"Dari sisi kemanusiaan juga tidak akan bagus. Karena kita kalau ketahuan sama internasional bisa dikecam," sambungnya.

Ratna menuturkan, ia akan meminta kasus ini diangkat ke nasional. Karena tidak perlu dulu membawanya ke Internasional, tapi di nasional harus dibahas.

Aktivis Ratna Sarumpaet beradu mulut dengab Kapolres Simalungun AKBP Marudut Liberty Panjaitan di Dermaga Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin (2/7/2018).
Aktivis Ratna Sarumpaet beradu mulut dengab Kapolres Simalungun AKBP Marudut Liberty Panjaitan di Dermaga Tigaras, Kabupaten Simalungun, Senin (2/7/2018). (tribun medan/tommy)

"Nggak bisa Luhut itu, seorang diri memutuskan ini selesai atau tidak selesai, seharusnya nggak boleh begitu. Kalau kesan saya tadi caranya evaluasi itu, kayaknya mau diberi kesan sudah dilakukan penelitian, pencarian dan lainnya," katanya.

Ia menambahkan, para petugas terlihat seperti sudah menyerah dan masyarakat juga sudah menyerah. Maka dibuat seolah-olah bukan Luhut yang berperan. Kalau dalam dugaan dan asumsi aku, ini peran pemerintah pusat, ya perannya Luhut

"Kalau saya bilang Luhut tuh suruh nyebur ke danau, nyungsep untuk mencari. Kalau ia seorang patriot, prajurit harusnya begitu. Jangan kayak Tuhan gitu diajak ngomong marah," ujarnya.

Baca: Luhut Angkat Bicara Soal Nahkoda KMP SUMUT II, Tega Tinggalkan Korban KM Sinar Bangun

Baca: Ratna Sarumpaet Teriak di Posko: Semua Mayat Harus Diangkat, Jangan Ada yang Menghentikan Pencarian!

Baca: Hilang Tenggelam Sejak 1,5 Tahun Lalu, Ajaib, Ninin Ditemukan Selamat di Tepi Pantai

Baca: Kapten Doni Silalahi: Video Itu Tidak Benar, Aku Langsung Tancap Gas untuk Menolong Korban

Terkait tanggapan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan yang menolak berbicara dengannya, Ratna menganggap mungkin dia terlalu hebat.

"Bisa Jadi Luhut sudah menganggap pencarian sudah selesai. Buktinya para Tim SAR sudah packing dan fix besok sudah tidak ada pencarian lagi," kata Ratna di Hotel Miyana, Senin (2/7/2018).

"Alasannya mungkin dihentikan pencarian, saya rasa pemerintah nggak ada duitnya mungkin. Apalagi nilai tukar rupiah aja sudah hancur," sambungnya.

Lebih lanjut, Ratna menjelaskan bahwa ia tidak akan semarah ini kalau seandainya mereka (Tim SAR) misalnya sudah mencari selama 2 bulan. Lalu seandainya titik koordinat belum ditemukan, bisa saja di maklumi.

"Ini titik koordinat sudah ditemukan, ayo come on dan tampak pula. Kalau buat aku itu seperti penipuan. Kenapa dihentikan saat titik koordinat kapal sudah ditemukan," ujar Ratna kesal.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved