Liputan Eksklusif

Staf Ahli Gubernur Cemburu Cuma Dapat Kendaraan Dinas Butut, Mantan Ajudan Gubernur Naik Pajero

"Ngeri kali memang, jorok permainan orang sekarang ini, awak dapat mobil danga-danga," ucap Elisa.

Ilustrasi 

MEDAN, TRIBUN-Kalangan staf ahli yang bertugas di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) merasa didiskriminasi perihal jatah mobil dinas.

Staf ahli yang lazimnya pernah pejabat selevel eselon dua dan telah duduk beberapa kali sebagai kepala dinas, merasa dianaktirikan. Mereka mengabdi puluhan tahun sebagai pegawai malah dapat mobil operasional butut, sementara pejabat eselon III mendapat mobil bagus bekas pakai DPRD Sumut.

Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan, Pembangunan, Aset Sumber Daya Alam Pemprov Sumut Elisa Marbun, misalnya, mengaku kesal karena masih menggunakan Ford Everest buatan tahun 2008. Mobil operasional yang digunakannya sudah sering rusak.

Hal berbeda ia rasakan dengan pejabat eselon II lain, yang mendapat mobil mewah seperti Toyota All New Fortuner dan Kijang Innova. Elisa kesal lantaran dia disamakan dengan pejabat eselon III dan IV, yang mengendarai kendaraan dinas keluaran lama.

"Masak staf ahli gubernur sama dengan kabid (kepala bidang)? Sudah enggak cocok ini ceritanya," ujarnya Elisa, Selasa (31/7).

Elisa Marbun memang pejabat eseleon II, setingkat Kepala Dinas.

Elisa Marbun pada tahun 2014 promosi dari Kabag Ketentraman, Ketertiban Umum dan Linmas pada Biro Pemerintahan Umum Setdaprov Sumut menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumut. Jabatan itu diembannya selama empat tahun, hingga Maret 2018.

Penelusuran Harian Tribun Medan/daring Tribun-Medan.com, beberapa oknum aparatur sipil negara (ASN) mengamankan mobil dinas bekas pakai anggota DPRD Sumut untuk kepentingan pribadi.

Terkait hal ini, Elisa semakin kesal, lantaran saat perjalanan dinas ke luar kota, ia sampai terpaksa menumpang mobil pribadi.

"Kacau kali, awak ke daerah Hasundutan (Humbang Hasundutan/Humbahas) masak naik mobil pribadi, sopir awak enggak berani bawa mobil dinas. Lihatlah, parah kali, kek gitu mobilnya," ujar Elisa.

Secara personal dia pun mempertanyakan 95 unit mobil dinas bekas anggota dewan yang telah diserahkan ke Pemprov Sumut. Ia curiga ada oknum-oknum tak bertanggungjawab menguasainya.

"Ngeri kali memang, jorok permainan orang sekarang ini, awak dapat mobil danga-danga," ucapnya.

Elisa menambahkan, rekannya sesama staf ahli, yakni Nouval Makhyar yang menjabat Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan pun mendapat diskriminasi serupa. Sebagai staf ahli rekannya hanya menaiki Toyota Kijang Innova keluaran/tahun lama.

Elisa kemudian membandingkan jabatan dan eselonnya dengan mantan ajudan Gubernur Sumut berinisial M, yang kini bereselon tiga namun menggunakan Mitsubishi Pajero Sport tahun 2015.

"Lihatlah itu. Dia naik kendaraan mewah. Saya staf ahli naik mobil rusak. Janganlah pilih-pilih," ucapnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved