Misteri Permainan Maut Cooking Game yang Telah Merenggut Nyawa 1.951 Korban

Permainan maut choking game kembali merenggut nyawa, kali ini korbannya adalah seorang remaja asal Colorado, Amerika Serikat.

Ilustrasi 

TRIBUN-MEDAN.com - Permainan maut choking game secara misterius kembali merenggut nyawa, kali ini korbannya adalah seorang remaja asal Colorado, Amerika Serikat.

Remaja 13 tahun bernama Memphis Burgess menambah daftar korban jiwa choking game yang berdasarkan data statistik mencapai 1951 orang.

Memphis ditemukan oleh ayahnya pada 10 Desember lalu sedang berlutut di dinding lemari dengan tali lembut di dekatnya.

"Saya pikir dia bermain-main dengan saya dan saya menggelengkan bahunya," tutur Brad Burgess. "Saat itulah dia berbalik [dan] saya melihat tubuhnya membiru dan dia tidak bernapas."

Meski jelas-jelas berbahaya, sebuah permainan yang dikenal dengan berbagai nama, mulai dari "suffocation roulette," "cloud nine," atau yang paling terkenal "choking game” masih saja dimainkan.

Choking game menciptakan rasa euforia dengan memotong pasokan oksigen otak, biasanya dengan mengikatkan benda-benda seperti dasi atau syal di leher seseorang, yang kemudian dilonggarkan tepat sebelum peserta pingsan.

Permainan ini diduga telah mengakibatkan setidaknya 1.000 kematian sejak 1934, seperti yang dilansir Foxnews menurut statistik yang didokumentasikan dalam jurnal medis jumlah korban sudah mencapai 1.951.

Banyak dari kematian ini dianggap bunuh diri oleh orangtua dan polisi yang mungkin belum pernah mendengar tentang permainan ini. Dan itu adalah jenis "rekreasi" yang memikat untuk remaja tertentu.

Dikenal sebagai "good kids' high," permainan ini menarik bagi anak-anak yang biasanya tidak minum atau terlibat obat-obatan terlarang, dan ingin menunjukkan keberaniannya ke media sosial, yang kadang semakin membuat permainan ini nampak tidak berbahaya.

"Ini adalah usia di mana anak-anak terlibat dalam perilaku berisiko tinggi," seorang dokter anak yang berasal dari Ontario turut menulis penelitian tentang permainan ini di YouTube.

"Itulah yang mereka lakukan." Ini merupakan kegiatan yang tak diketahui oleh orangtua Memphis. "Aku [merasa] dirampok," tutur ibu Memphis, Annette. "Dia membawa sukacita bagi semua orang yang ditemuinya."

Dia menambahkan bahwa anaknya mengalami keterlambatan kognitif yang mungkin telah mencegah dia dari menyadari konsekuensi permainan berbahaya tersebut.

Sang ibu juga berharap orangtua memulai pembicaraan dengan anak-anak mereka terntang permainan ini sehingga "tidak ada orang tua lain yang harus mengalami kenyataan seperti dia."

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved