liputan eksklusif
Mengintip Praktik Nakal Sopir Tangki Pertamina
"Setiap hari minyak berkurang. Kekurangnya cukup besar, satu trip saja bisa 100 liter hingga 300 liter.
MEDAN, TRIBUN - Pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Medan dan sekitarnya merugi puluhan juta rupiah setiap bulan akibat maraknya tangki minyak Pertamina bongkar muat alias "kencing" di Jalan Yos Sudarso, Medan Labuhan.
Seorang pengusaha SPBU berinisial K menduga, sopir mobil tangki Pertamina yang berhenti di kawasan Jalan Yos Sudarso mengeluarkan sebagian minyak dari dalam tangki alias "kencing" atau bahasa populernya di Belawan disebut siong.
"Setiap hari minyak berkurang. Kekurangnya cukup besar, satu trip saja bisa 100 liter hingga 300 liter. Bila dikalikan per bulan, kurangnya itu bisa mencapai lima ton. Coba dikalikan harga minyak sekarang bisa mencapai puluhan juta rupiah. Jelas itu uang cuma-cuma yang hilang," ujarnya di Jalan Gatot Subroto, Rabu ( 20/4) siang.
Ia menceritakan, setelah mobil tangki Pertamina keluar dari depot akan berhenti di berbagai lokasi siong. "Begini, saya curiga adanya siong itu. Karena, seluruh mobil tangki sebelum ke kami (SPBU), selalu berhenti di lokasi yang sama.
Berdasarkan Global Positioning System (GPS) ada dua lokasi tempat berhenti truk diduga siong. Terkadang sopir berhenti KIM. Setelah berhenti, baru minyak diantar ke SPBU," katanya.
Ia menjelaskan, selama ini pengusaha SPBU tidak dapat memprotes berkurangnya minyak, lantaran ketika pengukuran minyak, sebelum bongkar muat menggunakan alat terameterologi, tidak ada kekurangan minyak. Tapi, usai bongkar, dan seluruh minyak berada di dalam tangki SPBU minyak berkurang banyak.
"Makanya, kami juga curiga pengukuran terameterologi sedikit bermasalah, karena selalu sesuai. Padahal, begitu masuk ke dalam tangki langsung banyak kali susutnya. Beberapa hari lalu, bensin susutnya 282 liter setelah bongkar," ujarnya.
Selain itu, katanya, belum lama ini, pernah menyuruh karyawannya untuk mengikuti tangki Pertamina keluar depot hingga ke SPBU. Ternyata, di pinggir Jalan Yos Sudarso, mobil berhenti.
"Saat mobil berhenti, minyak dari mobil tangki diambil kira-kira enam kaleng. Namun, saat mobil tiba di SPBU dan volume minyak di tangki diukur tidak berkurang. Namun, saat minyak di tangki kami, kurangnya besar sekali hampir 300 liter," katanya.
Ia mengungkapkan, pihak SPBU dapat menolak mobil tangki Pertamina apabila pengukuran terameterologi di atas mobil berkurang, sebelum proses bongkar muat. Namun, setelah berada di dalam tangki penimbunan SPBU bukan lagi tanggungjawab Pertamina.
"Contohnya begini, misalnya T2 143 kemudian pengukuran sebelum bongkar minyak berkurang baru tanggung jawab Pertamina. Kami dapat menolak. Namun, permasalahannya pengukuran di atas sesuai, dilakukan bongkar muat. Tapi, ketika berada di dalam tangki kami langsung berkurang," ujarnya.
Ia mengklaim, permasalahan serupa dialami seluruh SPBU di Kota Medan. Karena itu, ia berharap masalah siong dapat diberantas penegak hukum. Apalagi, besar dugaan ada keterlibatan oknum penegak hukum.
"Masalah ini, memang sistematis, segel selalu bagus, tidak ada masalah. Tapi, minyak berkurang terus ketika masuk ke tangki penimbunan milik SPBU. Apalagi, setiap Sabtu dan Minggu tingkat kecurangan sopir tinggi. Selama ini, kami pesan minyak mulai dari 16, 18, 20 ata 32 ton. Tapi kalau solar susutnya tidak lebih dari 100 liter," katanya.
Seorang manajer SPBU berinisial P menyampaikan, saban hari, SPBU tempatnya bekerja mengalami kekurangan minyak dari 100 liter hingga 200 liter akibat maraknya praktek bisnis siong. Bahkan, permasalahan tersebut menjadi pembahasan rutin di kalangan pengusaha SPBU.
"Memang sudah lama ada siong. Umumnya mereka "kencing" di Jalan Yos Sudarso. Minyak kami susut ketika berada di tangki penimbunan. Rata-rata 200 liter kurangnya. Setiap bulan ada lima ton berkurang. Jadi kerugiannya bisa puluhan juta, sekitar Rp 32 juta," ujarnya.