Fakta Mengejutkan di Balik Praktik Penipuan Gandakan Uang Dimas Kanjeng
Pihak kepolisian saat melakukan pemeriksaan di dalam padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi usai menemukan uang palsu dalam praktik penipuan
Rencana itu terdengar sampai ke telinga Dimas Kanjeng. Korban kemudian dipanggil dengan dalih akan dipinjami uang. Saat dipanggil itulah, korban dihabisi.
Sementara itu, Kabidhumas Polda Jatim Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono menjelaskan, penetapan tersangka Dimas Kanjeng lantaran dia diduga sebagai otak pembunuhan mantan anggota padepokan, Abdul Ghani yang motifnya adalah persaingan bisnis di padepokan yang berupa perekrutan santri.
Menurut dia, Abdul Ghani telah merekrut melebihi jumlah santri yang sudah direkrut Taat Pribadi. Diduga, Taat Pribadi takut kalah pamor. Dengan begitu, dia menghubungi Abdul Ghani ke padepokan. Di tempat itu, Abdul Ghani dihabisi.
Dimas Kanjeng berusaha menunjukkan kedekatannya dengan tokoh nasional. Tujuannya, calon korban percaya bahwa dia dekat dengan tokoh elit. Hal tersebut terlihat saat polisi menggerebek padepokannya pada Kamis (22/9).
Di ruang tamu di rumahnya, terpajang sederet foto dengan pejabat tinggi negara. Antara lain, mantan Kapolri Jenderal Purn Badrodin Haiti, Jaksa Agung M. Prasetyo, Gatot Nurmantyo, dan lain-lain.
Dalam keterangan foto, gambar itu diambil di istana negara. Dimas Tata terlihat mengenakan jas lengkap dengan dasi.
Beberapa hari setelah guru besar Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi ditangkap polisi, ternyata ratusan santri yang berasal dari berbagai daerah seluruh Tanah Air masih tetap bertahan di sekitar padepokan yang terletak di Probolinggo.
Orang-orang setia Dimas Kanjeng ini tinggal di tenda-tenda yang dibuat secara sederhana. Para santri ini mengaku setia menunggu guru besarnya kembali ke padepokan.
Tenda-tenda yang terbuat dari terpal plastik, dihuni ratusan santri Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, yang terletak di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Agung salah satu santri dari Purwakarta misalnya, pria pensiunan dari BUMN ini mengaku senang menjadi santri Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Bahkan saat disinggung soal uang mahar yang jumlahnya tidak sedikit, Agung yang sudah 4 tahun menjadi santri ini mengaku ikhlas. "Uang tersebut merupakan bentuk perjuangan santri untuk padepokan," kata Agung.