Pembunuhan Mahasiswi
Pengungsi Asal Afrika Beri Petunjuk Soal Tewasnya Mahasiswi Tri Ari Yani Puspo Arum
Cliver ini pria asal Afrika yang menempati kamar persis di sebelah kamar Arum di rumah kos di Jalan H Asmat Ujung
Mempertanyakan soal perbaikan atap kamarnya yang bocor.
Kesaksian kedua Clivert yang jadi petunjuk polisi adalah soal dua suara perempuan di dalam kamar, setengah jam sebelum Arum ditemukan terbunuh, Senin (9/1/2017).
Pagi itu Clivert masih antara sadar dan tidak.
Dia masih mengantuk, tapi terbangun lantaran ditelepon pacarnya, sekitar pukul 07.17.
Begitu ia menutup telepon, ia mendengar ada dua suara perempuan di kamar korban.
"Satu suara terdengar tinggi dan satu suara lagi terdengar rendah," ujar Clivert.
Tapi Clivert menyebut ia setengah sadar saat mendengarkan suara itu.
Jadi ia tak tahu apakah itu benar-benar dua suara perempuan atau bukan.
Namun, Clivert memilih mengambil kesimpulan bahwa itu dua suara perempuan yang sedang cekcok.
Usai suara ribut-ribut itu Clivert menyebut ada seorang perempuan naik ke kamar, mengetuk pintu, membuka pintu, lalu keluar dari kamar sambil menelepon.
Clivert menyebut perempuan itu seperti sedang meminta pertolongan.
Dia melihat kejadian itu dari jendela kamarnya.
Perempuan yang dilihat Clivert belakangan diketahui Hernita Amaliah (21), rekan kerja korban yang tinggal tak jauh dari rumah kos itu.

Tri Ari Yani Puspo Arum. (IST/ NET)
Tapi Hernita punya kesaksian berbeda kepada polisi.
Bukan dia yang datang pertama kali ke kos.
Tapi Zainal Abidin, pacar korban.
Zainal datang, lalu menghubungi Hernita begitu melihat pacarnya sudah tewas.
Setelah itu, Hernita baru pergi ke kamar kos Arum yang jaraknya dekat dari rumah dia.
Setelah itu, baru Arum yang dikira masih hidup dibawa pacarnya, Hernita dan rekan kerja lainnya memakai mobil kantor.
Clivert ikut membantu mengangkat Arum saat hendak dibawa pergi.(*)
