Perselingkuhan

Bikin Terhenyak, Oknum PNS Pilih Selingkuh ketimbang Bercerai, Inspektorat: Kami Tak Bisa Bertindak

Tidak menutupi jika ada bahkan tak sedikit kasus selingkuh di pemprov. Kasus yang terjadi bukan antar SKPD atau di luar kantor, namun sekantor.

Perselingkuhan ini terjadi banyak faktor namun faktor yang paling menguat pertama pekerjaan PNS/Honorer yang dilakukan oknum yang berselingkuh.

Ini banyak dianggap pekerjaan yang cukup berkelas di tengah sulitnya pekerjaan didapat sehingga tak jarang ekpektasi terhadap orang yang bekerja tak pelak menjadi incaran bagi orang orang yang kurang kuat imannya.

Terlebih jika dilihat dari persoalan gaji, gaji yang diterima tidaklah sedikit didapatkan sehingga mudah melakukan pendekatan dengan siapapun.

Tak jarang beban kerja yang didapatkan terlalu banyak mengakibatkan oknum ini mempersempit ruang geraknya dari realitas sosial yang sebenarnya.

Sehingga berujung pada stress kerja yang berlebih dan ini kadang penyelesaiannya kerap instan seperti mencari tempat hiburan (karokean), memiliki teman curhat lawan jenis dalam ikatan tanpa pernikahan.

Ketiga, ada dugaan kuat pula biasanya disamping beban kerja yang tinggi disatu sisi pula diantara kedua belah pihak keluarga memiliki kesibukan yang sama, ayah yang bekerja dan ibu yang bekerja sekaligus berkarir.

Maka tak jarang disharmonisasi kerap terjadi karena masing masing berada dalam kesibukan maka ada dominasi kedua belah pihak diantaranya sehingga harus mencari sosok pengganti yang dianggap tidaklah memiliki dominasi.

Beberapa solusi yang perlu disampaikan antara lain ialah perlunya dilakukan regulasi yang ketat yang dibuat oleh pemerintah bahwa setiap PNS atau Honorer tidak diperbolehkan memiliki istri lebih dari 1 dan ini tercatat di sistem aparatur negara.

Selanjutnya perlu diadakannya edukasi pasca perkawinan oleh para agamawan, konselor perkawinan.

Perlu adanya pula penataan dari sisi industri yang menawarkan tempat istirahat bahwa yang diperkenankan untuk masuk di ruangan istirahat adalah orang yang berumah tangga yang syah.

Dan selanjutnya ialah perlulah diadakannya Family gathering khusus keluarga yang dimaksudkan untuk menjaga harmonisasi keluarga.

Adapun selanjutnya ada yang disebut keluarga aktif, yakni keluarga yang saling bertanya dan menyelesaikan persoalan keluarga secara baik di sisi keluarga.

(l4/BangkaPos)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved