Nenek Ini Menangis saat Anggota DPRD Jenguk Cucunya yang Jadi Korban Malapraktik
Saat ini Ratu Hazaraha tak dapat melihat dengan jelas. Melihat kedatangan Herri, Nenek Ratu Hazaraha, Rosma langsung meneteskan air mata.
Penulis: Hendrik Naipospos |
Laporan Wartawan Tribun Medan, Hendrik Naipospos
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Medan, Herri Zulkarnain mengunjungi anak 9 tahun yang diduga korban malapraktik, Ratu Hazaraha Putri Rizali, di Jalan Cempaka Kecamatan Medan Helvetia, Medan, Rabu (21/6/2017).
Saat ini Ratu Hazaraha tak dapat melihat dengan jelas. Melihat kedatangan Herri, Nenek Ratu Hazaraha, Rosma langsung meneteskan air mata.
Rosma berulang kali membasuh air matanya dengan jilbab cokelat yang ia pakai.
"Kami sudah kehabisan uang, cucu saya harus dibawa ke Malaysia. Biayanya tak sedikit," ucap Rosma kepada Herri.
Baca: Cita-cita Bocah Perempuan ini jadi Dokter Kandas Akibat Malapraktik, Begini Kisahnya
Baca: Mata Rusak Akibat Malapraktik, Anak Pintar Ini Kehilangan Kebahagiaan
Baca: Kondisi Murid Pintar yang Hampir Buta Ini Memprihatinkan
Perbincangan Herri dengan Rosma berlangsung sekitar 30 menit. Herri juga sempat berbincang dengan orangtua Ratu Hazaraha, Novia Citra Utami melalui sambungan telepon.
"Sabar ya Bu, ini cobaan. Tetap semangat," ucap Herri ke Novia.
Suara Novia terdengar berat, suasana haru pun menyeliputi kediaman Ratu Hazaraha.
"Terima kasih pak, doakan kami. Maaf saya tak di rumah, saya harus mencari uang," jawab Novia.
Herri lantas memberikan batuan untuk biaya pengobatan Ratu Hazaraha. Ia juga berharap anggota dewan lainnya mau mengulurkan tangan untuk pengobatan Ratu Hazaraha.
"Jangan melihat nominal, tapi sedikit pun pasti bermanfaat bagi kesehatan Ratu Hazaraha," pungkas Herri.

Cita-cita Jadi Dokter
Sejak duduk di bangku kelas 1 SD, bocah perempuan ini sudah bercita-cita menjadi dokter.
Sejak kelas satu hingga kelas dua, ia terus menorehkan prestasi yang bagus di sekolah. Namun saat duduk di bangku kelas tiga SD, mimpinya menggapai cita-cita sebagai dokter kandas akibat menjadi korban malapraktik.
Pasalnya ia mengalami kebutaan pada kedua matanya. Kebutaan ini akan menjadi permanen dan tak bisa disembuhkan lagi jika hingga dua tahun ke depan ia tak dioperasi.
Itulah nasib malang yang menimpa Ratu Hazaraha Putri Rizali. Bocah perempuan 9 tahun ini kini tak lagi merasakan kebahagiaan layaknya anak-anak seusianya.
Warga Jalan Cempaka, Komplek ACM, Medan Helvetia, Medan ini kehilangan penglihatannya akibat dugaan malapraktik di klinik sekitar rumahnya.

Menurut neneknya, Rosma (54), penderitaan cucunya berawal dari demam saat kelas 2 SD, tepatnya pada Juni 2016 setahun silam. Nenek dan ibunya pun berinisiatif membawa Putri ke klinik yang tak jauh dari rumahnya.
Namun, Putri yang merupakan Siswi Kelas 3 SD Kartika Jalan Gaperta Medan ini justru tidak memperoleh kesembuhan.
Demamnya malah makin tinggi setelah mengonsumsi obat yang diberikan petugas kesehatan di klinik tersebut.
"Awalnya cuma panas, sorenya kami bawa ke klinik, tapi setelah makan obat dari sana dia makin parah. Paginya kami bawa lagi ke klinik. Panasnya nggak turun, lalu ditukar obatnya," kata neneknya mengisahkan.
Melihat kondisi Putri semakin parah, akhirnya mereka membawa Putri berobat ke Rumas Sakit (RS) Bunda Thamrin Medan. Sesampainya di RS Bunda Thamrin, kondisi badan dan wajah cucunya melepuh seperti terbakar. Bagian kelopak matanya mengalami luka bakar paling parah.

Sesuai keterangan dokter di Rumah Sakit Bunda Thamrin, penyebab luka di sekujur tubuh Putri akibat salah pemberian obat.
Obat dimaksud adalah, seperti yang diberikan petugas klinik di tempat Putri berobat sebelumnya.
"Dokter di Rumah Sakit Bunda Thamrin bilang, Putri gosong badannya dan nggak bisa lihat akibat salah obat yang dikasih orang klinik. Karena, Dokter yang bilang itu juga memeriksa obat yang berasal dari klinik itu," terangnya.
Kata Rosma, saat itu Putri dirawat selama sebulan lebih di Rumah Sakit Bunda Thamrin, Medan. Selain itu, beberapa rumah sakit lainnya seperti RS Permata Bunda, kemudian harus juga membawa Putri berobat ke rumah sakit spesialis mata.
Tak sampai di situ saja, berbagai upaya tetap dilakukannya guna memperoleh kesembuhan cucunya.
Hingga mereka membawa Putri ke Rumah Sakit International Specialist Eye Centre (ISEC) di Kuala Lumpur, Malaysia.
Tindakan yang dianjurkan oleh dokter di Kuala Lumpur, yakni operasi transplantasi stemsel mata. Dengan perkiraan biaya operasi 60 Ringgit atau sekitar Rp 200 juta.
Belum lagi memikirkan persiapan biaya operasi tersebut, sejak setahun terakhir, mereka telah kehabisan biaya sedikitnya Rp 150 juta untuk biaya pengobatan Putri.
Biaya itupun mereka kumpulkan tidak mudah, yakni dari bantuan bibi Putri yang mau membantu mereka sedikit-sedikit. Serta dari pihak klinik yang juga membantu sedikit dari biaya perobatan.

Ibu Putri, Novia Citra Utami hanya bekerja sebagai sales proyektor yang hanya berpenghasilan pas-pasan. Sedangkan ayahnya, Dendi Azhari Rizaldi tak lagi pernah berkabar.
Kini pihak keluarga nyaris patah arang untuk mengobati Putri atau yang akrab disapa Ara.
Ditanya soal dugaan malpraktik, Nenek berhijab merah jambu ini sama sekali tidak menaruh dendam terhadap pihak klinik. Dia hanya fokus bagaimana memperoleh kesembuhan cucunya.
"Kasihan juga nanti bidannya. Kalau kita tuntut, dia bisa kehilangan pekerjaan. Dan aku yakin, dulunya dia juga tidak berniat buruk untuk cucuku," ucapnya.
Akibat sakit yang dideritanya, setahun terakhir putri sudah jarang masuk sekolah. Putri hanya bersekolah dalam sebulan paling banyak empat kali. Karena matanya sering perih jika terpapar cahaya matahari.
Kesehariannya, putri hanya bermain di rumah bersama adiknya yang juga mengalami cacat akibat jatuh waktu masih bayi.
Namun saat Tribun-medan.com mendatangi kediamannya, Putri menunjukkan semangatnya untuk bersekolah.
"Udah pengen sekolah lagi Om. Putri mau belajar," kata anak yang mengaku bercita-cita ingin jadi dokter ini.(*)