Sastrawan yang 'Sengaja Dilupakan' Siti Rukiah Kertapati, Anaknya tak Tahu Kiprahnya, Ini Sosoknya

"Tapi Rukiah seolah menantang dan berani mempertanyakannya dan itu terlihat di tulisan-tulisannya," kata Giovanni.

Editor: Tariden Turnip
KELUARGA RUKIAH KERTOPATI
Siti Rukiah Kertapati sastrawan besar Indonesia yang namanya sengaja dilupakan dan dihapus dari sejarah 

Pada 1960, menurut Giovanni, Rukiah juga mengirimkan sejumlah puisi anak ke majalah Pustaka dan Budaya, berjudul Kerbau, Maju Jalan, dan Pelaut.

Rukiah juga menuturkan kembali cerita-cerita rakyat untuk Balai Pustaka, seperti cerita rakyat Irian dan cerita rakyat Belitung.

"Rukiah juga mengasuh majalah anak, Kutilang," ujar Giovanni.

Bagi Giovanni, Rukiah termasuk perempuan hebat karena bisa membagi waktu antara aktifitas menulis, berorganisasi dan sebagai ibu rumah tangga.

Di sela-sela kerja rumah tangga, Rukiah aktif berorganisasi di Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dan menulis untuk Api Kartini, Lentera, dan Zaman Baru.

"Rukiah juga salah satu penggagas Turba, metode berkarya yang diapakai Lekra saat itu," katanya.

Namun semua itu berubah paska peristiwa 1965. Pemerintah yang berkuasa saat itu menyatakan karya-karya Rukiah sebagai karya terlarang.

Rukiah ditangkap dan menjadi tahanan di kompleks Corps Polisi Militer (CPM) Purwakarta dan rutan di Bandung.

Rukiah terpaksa harus berpisah dengan anak-anaknya dan suaminya. Sampai akhirnya kembali ke rumahnya di Purwakarta dengan pengawasan ketat aparat setempat.

Meski sudah kembali ke rumah, Rukiah pun tak bisa bertemu suaminya, Sidik Kertapati.

Sidik yang menjadi editornya di Majalah Godam Jelata dan pejuang kemerdekaan, dianggap berbahaya oleh pemerintah Orde Baru karena aktifitas politiknya.

Sidik terpaksa meninggalkan tanah air dan puluhan tahun menjalani kehidupan sebagai seorang eksil untuk menghindari penangkapan pemerintah pasca peristiwa 1965.

"Mereka berdua belum pernah bertemu lagi sampai akhirnya Rukiah meninggal dunia," ujar Giovanni.

Hilangnya nama Rukiah

Giovanni sebelumnya tak mengenal sosok S. Rukiah Kertapati. Selama dia belajar sejarah di bangku sekolah sampai perguruan tinggi, nama Rukiah tidak pernah muncul.

Giovanni hanya menemukan nama Kartini sebagai seorang penulis perempuan atau nama-nama penulis lelaki sezamannya seperti Chairil Anwar, Sutan Takdir, Ki Hajar Dewantara, atau Pramoedya Ananta Toer.

Halaman
1234
Sumber: bbc
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved