ISIS Hancur Lebur, Wilayahnya Tinggal 1%, tapi Waspada Militannya Tersebar, termasuk di Indonesia
Masih ada 14.000 militan ISIS di Suriah dan 17.100 militan ISIS di Irak, di kawasan-kawasan yang sudah tidak lagi mereka kuasai sepenuhnya.
Ribuan orang terbunuh
Belum ada angka yang pasti untuk jumlah yang tepat dari korban perang menumpas ISIS.
The Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemantau HAM yang berbasis di Inggris, mencatat bahwa sejak perang saudara di Suriah dimulai pada tahun 2011,setidaknya 364.792 orang tewas, termasuk 110.687 warga sipil.

Sementara PBB mencatat setidaknya 30.839 warga sipil tewas dalam aksi terorisme, kekerasan dan konflik bersenjata sejak 2014.
Namun, Irak Body Count, sebuah organisasi yang dikelola oleh para akademisi dan aktivis perdamaian, mencatat bahwa jumlah korban sipil lebih dari 70.000 orang.
Bagaimana IS muncul dan menyebar
Para jihadis mengeksploitasi kekacauan dan perpecahan di dalam negeri Suriah dan Irak.
ISIS awalnya merupakan pecahan al-Qaeda di Irak, dibentuk oleh militan Arab Sunni setelah invasi pimpinan AS pada tahun 2003, dan menjadi kekuatan utama dalam pemberontakan di negara itu.
Pada tahun 2011, kelompok yang sekarang dikenal sebagai Negara Islam di Irak (ISI) - bergabung dengan pemberontakan melawan Presiden Assad di Suriah, dan di sana mereka ia menemukan tempat berlindung yang aman dan akses mudah terhadap persenjataan.
Pada saat yang sama, mereka mengambil keuntungan dari penarikan pasukan AS dari Irak, serta kemarahan Sunni yang meluas atas kebijakan sektarian pemerintah yang didominasi Syiah.
Pada tahun 2013, ISI mulai merebut kekuasaan di beberapa wilayah Suriah dan mengubah namanya menjadi Negara Islam di Irak dan Levant (ISIS, atau ISIL).

Tahun berikutnya, ISIS menyerbu sejumlah wilayah besar Irak utara dan barat, memproklamasikan pembentukan 'kekhalifahan', dan kemudian menyebut diri sebagai Daulah Islamiyah, atau ISIS, dan dikenal juga dalam sebutan lain, DAESH.
Dalam perkembangan berikutnya, mereka merangsek ke wilayah yang dikuasai oleh minoritas Kurdi Irak, dan melakukan pembunuhan dan perbudakan terhadap ribuan warga Yazidi, mendorong koalisi pimpinan AS untuk memulai serangan udara terhadap posisi ISIS di Irak pada Agustus 2014.
Jutaan pengungsi menyebar
Sedikitnya 6,6 juta warga Suriah telah mengungsi ke wilayah lain di negara itu, sementara 5,6 juta lainnya melarikan diri ke luar negeri - lebih dari 3,5 juta di antaranya mencari perlindungan di Turki, hampir satu juta di Libanon dan hampir 700.000 di Yordania.
Banyak warga Suriah mencari suaka di Eropa, terutama Jerman.
Di Irak, jumlah orang yang terusir dari rumah mereka jumlahnya untuk pertama kalinya sejak Desember 2013, menurun hingga di bawah 2 juta.

Pada September 2018, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) memperkirakan hampir empat juta orang telah kembali ke kampung halaman mereka.
Tapi PBB melaporkan bahwa kurangnya lapangan kerja dan hancurnya properti dan terbatasnya akses ke berbagai layanan, membuat banyak orang masih belum kembali ke rumah masing-masing.
Bagaimana ISIS setelah ini?
Sebuah laporan AS baru-baru ini mengatakan masih ada 14.000 militan ISIS di Suriah dan 17.100 militan ISIS di Irak, di kawasan-kawasan yang sudah tidak lagi mereka kuasai sepenuhnya.
Selain itu, para ahli PBB memperkirakan bahwa masih ada pula kantung besar militan ISIS di berbagai negara lain, seperti di Libya (antara 3.000 hingga 4.000 orang) dan Afghanistan (sekitar 4.000 orang).
Kelompok ini juga memiliki militan dalam jumlah yang tidak sedikit di Asia Tenggara, termasuk sejumlah pendukung di Indonesia, Afrika Barat, Semenanjung Sinai Mesir, Yaman, Somalia, dan Sahel.

Sebagian pengungsi Suriah yang melarikan diri dari wilayah yang dikuasai ISIS atau kelompok yang menamakan dirinya Negara Islam.
Di Irak dan Suriah banyak militan mengubah taktik dengan kembali ke akar pemberontakan mereka, yakni melakukan pemboman, pembunuhan dan penculikan, sembari mencoba untuk membangun kembali jaringan mereka.
Ada pula individu-individu yang terinspirasi oleh ideologi kelompok itu, lalu melakukan berbagai serangan di Eropa dan di tempat lain.
Hasil penelitian pada bulan Oktober 2017 oleh kelompok intelijen strategis yang berbasis di New York, Soufan Center, memperkirakan bahwa sekitar 5.600 petempur ISIS telah kembali ke kampung halaman mereka di 33 negara di seluruh dunia.
Yang terbesar, sekitar 900 orang, telah kembali ke Turki. Sementara sekitar 1.200 orang telah kembali ke Uni Eropa - antara lain 425 orang ke Inggris, dan sekitar 300 pulang ke Jerman dan 300 lainnya kembali ke Perancis.
Ratusan petempur asing lainnya sudah ditangkap dan masih ditahan oleh SDF di kawasan Suriah timur laut yang dikuasai Kurdi. Amerika Serikat menyerukan negara-negara lainnya untuk membawa pulang warga negara mereka yang bergabung dengan ISIS, untuk diadili.
Artikel ini sudah tayang di bbc news indonesia berjudul: 'Kekhalifahan ISIS' runtuh hancur lebur: Lalu apa?