Terungkap Motif Brigadir Rangga Tembak Mati Brigadir Rahmat, Mabes Polri Akan Lakukan Tes Urine
Penembakan terjadi di ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Cimanggis
Namun, bukan tidak mungkin ada beberapa faktor yang terlewat ketika menjalani proses asesmen sehingga menimbulkan kejadian negatif.
Hal ini sangat mungkin, misalnya bagaimana kondisi kepribadian dan kondisi emosional anggota polisi tersebut.
"Nah, orang-orang tersebut menjadi berbahaya ketika dia memegang senjata (api). Itu sebabnya seleksinya sangat ketat, siapa yang boleh memegang senjata dan siapa yang tidak," ungkap Ratih kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (26/7/2019).
Ratih menilai, polisi yang bertugas di lapangan sangat keras.
Keras di sini dalam artian, sifat dari pekerjaan, ruang lingkung di mana dia berada, dan juga berhadapan dengan kasus-kasus kriminal setiap hari.
Dari kondisi pekerjaan tersebut, secara tidak langsung akan berpengaruh pada kejiwaan seseorang.
"Sehingga bisa saja ada oknum, saya sebutnya oknum, yang menjadi lebih mudah teriritasi ketimbang yang lain," papar Ratih.
Oknum-oknum yang mudah teriritasi atau mudah tersinggung inilah yang menjadi berbahaya ketika dibekali senjata.
"Kalau dari kronologisnya kan begitu ditolak (RT) langsung marah, mungkin kemudian dijawab dengan adu mulut yang kemudian sampai ke peristiwa penembakan itu," ujar Ratih yang sudah menjadi psikolog lebih dari 25 tahun.
Pencegahan agar hal serupa tak terjadi lagi
Agar peristiwa seperti ini tak terulang di masa depan, Ratih mengatakan bahwa meminta seseorang yang punya tugas berat seperti polisi untuk sabar tidak akan cukup.
Pasalnya, seorang polisi lapangan harus berhadapan dengan tekanan berat di lapangan, belum lagi ditambah raga yang kelelahan, dan berbagai faktor lainnya.
"Jadi, asesmen memang perlu dilakukan secara teratur untuk mereka (polisi) yang pegang senjata. Asesmen untuk rotasi penempatan juga perlu dilakukan dengan cermat," ungkap Ratih yang juga pendiri layanan psikologi Personal Growth.
Cek psikologis dan tes urine
Biro Psikologi Mabes Polri akan mengecek kondisi psikologis Brigadir Rangga Tianto yang diduga menembak rekannya sendiri, yaitu Bripka Rahmat Efendy.
"Jadi nanti setelah ini akan dilakukan cek, baik itu kondisi psikologi yang bersangkutan (Brigadir RT)," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (26/7/2019).