KISAH BUNG HATTA; hingga Wafat tak Mampu Beli Sepatu Bally yang Diinginkan terpaksa Lakukan Ini
Proklamator Republik Indonesia Mohammad Hatta sangat dikenal dengan gaya hidupnya yang amat sederhana.
Visi Bally yang dituangkan dalam sepatu membawanya cepat berkembang, dan mendapat sorotan.
Hingga pada 1857 ia sudah semakin memperluas pasarnya hingga ke luar Swiss.
1860
Bally sudah mempekerjakan 500 orang perajin dan menyulap Schönenwerd menjadi semacam kota perusahaan, yang juga menawarkan manfaat dari perawatan kesehatan dan fasilitas sosial.
1870
Bally mulai mengimpor mesin dari Amerika Serikat untuk semakin mengokohkan posisinya sebagai produsen sepatu nomor satu Eropa.
Pada tahun yang sama, Bally membuka toko pertamanya di Geneva, Swiss dan Montevideo, Uruguay.
1873
Merek ini melakukan ekspansi dengan membuka toko di Buenos Aires, Argentina.
1879
Pada tahun ini, Bally sudah menjadi merek bergengsi di kalangan orang-orang fesyen Paris setelah mereka membuka toko di Rue Martel, Perancis
1882

Ekspansi bisnis Bally ke New Bond Street di London, Inggris.
Bisnis Bally semakin kuat di daratan Eropa setelah melakukan ekspansi bisnis ke New Bond Street di London, Inggris.
Pada dekade yang sama, Bally menciptakan sebuah logo merek yang menjadi ciri khas perusahaan.
Logo tersebut menggambarkan pegunungan Austria, tanah kelahiran nenek moyang Carl Franz Bally.
1890
Bally merevolusi desain sepatu wanita dengan pump klasik modern ala Zürich.
1892
Bisnis ini kemudian dipimpin oleh kedua anak Bally, Edouard dan Arthur Bally pada 1892.
Keduanya semakin menancapkan kaki bisnis sepatu Bally pada jalur kesuksesan. Merekalah yang mewarisi koleksi sepatu yang mengedepankan desain dan fungsi itu.
1896
Inovasi berlanjut ketika Bally menggabungkan teknik Goodyear ke dalam pembuatan sepatu buatan tangan.
1916
Bally kemudian menjelma menjadi perusahaan multinasional pertama.