KISAH BUNG HATTA; hingga Wafat tak Mampu Beli Sepatu Bally yang Diinginkan terpaksa Lakukan Ini

Proklamator Republik Indonesia Mohammad Hatta sangat dikenal dengan gaya hidupnya yang amat sederhana.

Editor: Tariden Turnip
Kompas/JB Suratno
Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jumat siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok. 

Pekerja yang terlibat mencapai 7.000 orang di seluruh dunia dan memproduksi empat juta pasang sepatu berkualitas.

1927

"Bally Lab" dibuka di Schönenwerd sebagai pusat riset dan pengembangan yang fokus pada proses produksi dan teknik pembuatan.

1930an

Produser film dan pionir industri periklanan asal Jerman Julius Pinschewer membuat material iklan sepatu Bally dengan menampilkan Charlie Chaplin sebagai bintangnya.

1942 

Museum Bally
Museum Bally (BALLY)

Museum Bally dibuka di Schönenwerd sebagai dedikasi atas sejarah pembuatan sepatu yang ditorehkan oleh Bally. 

Sepatu Bally kemudian menjadi semacam signature yang mencitrakan kenyamanan, kulit berkualitas, konstruksi detil, serta inovasi.

Bisnis ini membuat sebuah perubahan pola kebiasaan pada masanya. Bally terus menyempurnakan bentuk-bentuk koleksi sepatunya.

Kemudian terciptalah sebuah alas kaki yang memperkenalkan lubang-lubang, jahitan tipe baru serta tenun pita.

1953 

Sepatu boots Bally Reindeer-Himalaya yang dipakai dalam pendakian pertama Gunung Everest oleh Sherpa Tenzing Norgay pada 1953
Sepatu boots Bally Reindeer-Himalaya yang dipakai dalam pendakian pertama Gunung Everest oleh Sherpa Tenzing Norgay pada 1953 (BALLY)

Bally juga sukses mendapatkan penghargaan tertinggi di abad ke-20. 

Penghargaan tersebut berupa pendakian pertama Gunung Everest oleh Sherpa Tenzing Norgay pada 1953 mengenakan sepasang sepatu boots Bally Reindeer-Himalaya.

Kecintaan Bally pada material yang indah dan semangat petualangan tidak pernah hilang. Bally hingga kini menjadi tolok ukur untuk gaya yang timeless alias tidak termakan waktu.

2000-an

Bisnis ini pun terus berkembang, termasuk mulai menjangkau pasar Asia dan Amerika Selatan pada era 2000an.

Dalam kurang dari satu dekade, Bally membuka tokonya di Jepang, Hong Kong, Singapura, Austtalia, Malaysia, Arab Saudi, Brazil, Lebanon, dan Turki.

Bally juga menjadi produk mewah pertama yang ditawarkan ke masyarakat Tiongkok.

2014

Pablo Coppola ditunjuk sebagai direktur desain Bally pada 2014. Ia membuat setiap koleksi busana pria maupun wanita menjadi ready to wear.

Moto Pablo sejak kedatangannya adalah "lebih sedikit adalah lebih banyak (less is more)" dan visinya adalah membuat suasana intim antara perajin aksesori dan busana ready to wear.

2015

Maret 2015, studio Zagliani menjadi bagian dari Bally.

Zagliani dikenal luas sebagai pakar pembuat tas buatan tangan yang membuat koleksinya dari bahan kulit paling lembut, mewah dan eksotis.

Nilai-nilai itu kini mengalir dalam setiap produk Bally.

#KISAH BUNG HATTA; hingga Wafat tak Mampu Beli Sepatu Bally yang Diinginkan terpaksa Lakukan Ini 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bung Hatta dan Sepatu Bally, Cermin Kesederhanaan Sang Proklamator..."

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved