RAMOS HORTA Eks Pemimpin Timor Timur Angkat Bicara soal Papua hingga Seruan Frans Magnis pada OPM
''Sudah hampir 60 tahun Papua dan Papua Barat selalu jadi bagian di bawah pemerintah Indonesia kok tetap belum damai?" lanjut Franz Magnis.
Mereka merasa bahwa mereka tak dianggap," ujar Franz Magnis.
Baca: Dina Erviana Hembus Nafas Terakhir di Pelukan Kekasih Agus Triyono, Kronologi dan Penjelasan Polisi
Baca: LINK Live Streaming MotoGP Inggris : Jadwal Hari Ini, Valentino Rossi Bangkit, Marquez Pole Position
Adapun dalam konferensi pers tentang Papua dari Gerakan Suluh Kebangsaan tersebut, dihadiri sejumlah tokoh bangsa.
Mereka antara lain mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, Cendekiawan Muslim Quraish Shihab, mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, Rektor UIII Komarudin Hidayat, putri Presiden Keempat RI Gus Dur Alisa Wahid, Achmad Suaedy, Simon Morin, Romo Beny Susetyo dan Romo Franz Magnis Suseno, hingga istri Gus Dur Shinta Nuriyah Wahid.
Bagaimana respons José Manuel Ramos-Horta, mantan presiden Timor Leste sekaligus penerima hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996, menanggapi kerusuhan di Papua baru-baru ini?
Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, masalah Papua juga ikut ditanyakan dan beginilah jawaban Ramos Horta.
Deutsche Welle: Anda ikut berperan dalam proses panjang independensi Timor Leste. Bagaimana keadaan negara Anda kini?
Ramos Horta: Timor Leste kini sangat damai.
Tidak ada kekerasan politik, sama sekali nol.
Negara ini sangat damai dalam hal tersebut.
Bahkan tingkat kriminalitas biasa pun sangat rendah.
Tidak ada kejahatan terorganisir.
Tetapi kami masih memiliki beberapa tantangan serius dalam mengatasi kemiskinan, kekurangan gizi.
Kami belum berhasil di bidang ketahanan pangan, tetapi negara ini berkembang sangat pesat dalam 15 tahun terakhir.
Sekarang aliran listrik di negara kami 24 jam.
Dalam waktu dekat kami akan memiliki kabel bawah laut yang didatangkan dari Australia untuk meningkatkan konektivitas.