RAMOS HORTA Eks Pemimpin Timor Timur Angkat Bicara soal Papua hingga Seruan Frans Magnis pada OPM

''Sudah hampir 60 tahun Papua dan Papua Barat selalu jadi bagian di bawah pemerintah Indonesia kok tetap belum damai?" lanjut Franz Magnis.

Editor: Tariden Turnip
dw indonesia/Ayu Purwaningsih
RAMOS HORTA Eks Pemimpin Timor Timur Angkat Bicara soal Papua hingga Seruan Frans Magnis pada OPM. Ramos Horta, eks Presiden Timor Leste, yang memimpin perjuangan Timor Timur lepas dari Indonesia 

Namun izinkan saya memberi tahu Anda, tidak ada dua negara di Asia yang memiliki hubungan yang lebih baik daripada Timor Leste dan Indonesia.

Ini bukan hanya sekadar hubungan resmi, antara pemimpin, tetapi bahkan orang ke orang.

Mahasiswa Timor Leste misalnya.

Banyak dari mereka yang sekolah di Indonesia.

Jika Anda melihat statistik imigrasi Indonesia, kunjungan Indonesia, puluhan ribu orang dari Timor Leste pergi ke Indonesia, setiap bulannya.

Jika Anda pergi ke Timor Leste, Anda juga akan melihat ribuan orang Indonesia, bekerja dan tinggal di sana.

Kami mengimpor 70% barang kami dari Indonesia. Itu adalah hubungan yang baik dan ini juga tak lepas dari keberhasilan kepemimpinan politik kita.

Kami mempromosikan rekonsiliasi di antara orang-orang Timor Leste, yang terbagi di masa lalu.

Kemudian normalisasi dan rekonsiliasi dengan Indonesia.

Deutsche Welle: Bagaimana soal semakin meningkatnya intoleransi di Indonesia?

Saya mengenal Indonesia dengan sangat baik.

Saya berkunjung ke Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1974, ke Jakarta.

Saya bepergian di Jakarta sendirian dengan becak dan skuter.

Kemajuan Indonesia luar biasa.

Terlepas dari meningkatnya radikalisme, Indonesia tetap menjadi negara mayoritas Muslim inklusif paling terbuka.

Indonesia tetap menjadi negara paling demokratis dan terbuka di Asia Tenggara.

Dalam pemilu baru-baru ini, beberapa pemimpin politik telah memanipulasi situasi.

Ada beberapa ekstremis yang mencoba 'mencuri' pemilu.

Tetapi pada akhirnya, ketika Mahkamah Agung memutuskan Presiden Joko Widodo memenangkan pemilu, Jenderal Prabowo Subianto sebagai penantang menerimanya.

Dalam konteks pemilu, bisa saya katakan, demokrasi menang. Jadi saya bisa melihat pemilu di Indonesia sebagai hal yang positif.

Ada konfrontasi, ada ketakutan, tetapi demokrasi dan toleransi tetap berlaku di Indonesia.

Mereka harus melanjutkan dialog agama, mereka harus mengatasi ketegangan di masyarakat, harus menjaganya dari pengaruh Jamaah Islamiyah, ISIS. Namun secara keseluruhan, Indonesia tetap sebagai negara demokrasi yang berhasil.

Deutsche Welle: Bagaimana opini Anda atas ketegangan di Papua?

Saya mengenal Presiden Joko Widodo dengan sangat baik.

Dia manusia luar biasa.

Saya tahu dia akan menangani masalah ini.

Namun saya bisa bilang, bahwa di mana pun juga di dunia, kita sebaiknya tidak menggunakan kekuatan militer atau uang dalam mengatasi konflik.

Masalah mereka berasal dari hati, pikiran dan perasaan atau jiwa.

Papua memiliki masalah berkaitan dengan perasaan, pikiran dan jiwa, jadi bukan ekonomi yang menjadi permasalahan.

Namun Indonesia juga merupakan negara spiritual.

Saya rasa Jokowi ingin mengatasi masalah di Papua dalam masa jabatannya.

Meski ia sudah mengunjungi Papua berkali-kali, masih belum ada kemajuan dalam mengatasi masalah ini.

Deutsche Welle: Apakah Anda memiliki rencana untuk mengunjungi Indonesia?

Saya mengunjungi Indonesia berkali-kali.

Saya kenal Presiden Jokowi, dan wakil presiden Jusuf Kalla, mantan presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, dan banyak orang di pemerintahan dan media.

Saya kenal banyak jurnalis dan saya adalah teman baik aktris Indonesia Christine Hakim, dia adalah aktris hebat.

Saya ingin berkunjung ke Indonesia sesering mungkin.

(*)

#RAMOS HORTA Eks Pemimpin Timor Timur Angkat Bicara soal Papua hingga Seruan Frans Magnis pada OPM

Artikel ini dikompilasi dari Kompas.com dengan judul "Franz Magnis: Jangan Kira Papua Sama dengan Timor Timur"dan dw indonesia berjudul: Bagaimana Timor Leste Kini Setelah Berpisah dengan Indonesia?

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved