INILAH Hasil Pemeriksaan POM TNI pada Dua Prajurit Terkait Insiden Depan Asrama Papua
Pihaknya juga terus melanjutkan proses penyidikan sebelum berkasnya diserahkan ke Pengadilan Militer dalam waktu dekat.
Siapa dua orang anggota TNI yang menjadi tersangka?
Dalam wawancara dengan BBC Indonesia, Imam tidak menyebut jati diri dua anggota TNI yang menjadi tersangka terkait insiden di depan asrama Papua di Surabaya.
Namun demikian, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam keterangan kepada wartawan di Biak, Papua, Selasa (27/08), menyebut inisial dan jabatan dua prajurit TNI tersebut.
"Satu prajurit menjabat Danramil Surabaya 0831/02 Tambaksari, Mayor Inf NHI dan satu Babinsa," katanya.
Saat wawancara dengan Panglima TNI, pada Selasa, status hukum keduanya masih terperiksa.

Menurut panglima, keduanya "tidak mengindahkan perintah atasan" dalam insiden di depan asrama Papua di Surabaya.
"Prajurit TNI harus patuh dengan tugas ketika berdinas, ya jika melanggar kepatuhan bertugas pasti diberikan sanksi," tambahnya.
Berdasarkan rekaman video yang beredar, oknum TNI tersebut datang ke Asrama Mahasiswa Papua bersama rombongan pejabat kecamatan, Koramil, dan Polsekta Tambaksari setelah beredar foto tiang bendera yang dipasang di depan asrama bengkok hingga menyentuh got.
Pimpinan rukun warga menyebut foto kondisi tiang dan bendera itu menyebar di grup Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pacar Keling, Tambaksari.
Siapa yang sebenarnya merusak tiang bendera?
Dorlince Iyowau, perwakilan mahasiswa Papua di Surabaya berkata kepada BBC, "Kami tidak tahu-menahu soal bendera yang jatuh di got itu."
"Kami tahu ketika TNI datang dobrak-dobrak tanpa pendekatan hukum, yang langsung main hakim sendiri dengan Satpol PP dan ormas reaksioner."
"Jadi sekali lagi kami tidak tahu soal kejadian bendera yang jatuh dan kami tidak pernah membuang bendera yang mereka maksud itu ke got," kata Dorlince.
Sementara itu, pimpinan RW di kawasan asrama Kamasan juga tak mengetahui pelakunya.
"Kondisi bendera itu kami tahu dari grup WhatsApp. Saya tidak melihat dengan mata sendiri. Tapi yang semua yang melihat pasti emosi," ujarnya.
Pimpinan RW ini enggan namanya disebut.
Ia beralasan, proses hukum atas peristiwa itu tengah berlangsung di kepolisian.