Viral Medsos
Jurnalis Indonesia Veby Mega Indah Tertembak Peluru saat Meliput Aksi Unjuk Rasa di Hong Kong
Jurnalis Veby Mega Indah tertembak peluru saat meliput demonstran di bawah jembatan Gloucester Road di Wan Chai, Hong Kong
Mereka menyanyikan lagu kebangsaan Tiongkok dan meneriakkan "Aku cinta China".
Angela, seorang ibu rumah tangga berusia 40-an, dengan sebuah stiker bendera China di pipinya mengatakan para pengunjuk rasa adalah "penjahat".
"Jika pemerintah mengambil tindakan kekerasan saya tidak keberatan," katanya. "Kami telah cukup toleran. Saya pikir saya memiliki masalah emosional karena kerusuhan. Karena tidak aman untuk keluar rumah."
Sehari sebelumnya, demonstran juga mencoba memprovokasi markas militer China di Hong Kong, namun cepat dibubarkan oleh polisi.
China sendiri menolak tuduhan bahwa mereka melakukan intervensi terhadap Hong Kong dan menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, menjadi provokator sentimen anti-Cina.
Demo di Negara Lain

Aksi demo ini juga terus dikampanyekan aktivis Hong Kong ke seluruh dunia.
Mereka mengklaim 74 kota dari lebih 20 negara akan ikut melakukan aksi “Stand with Hong Kong” dan melakukan aksi anti-totalitarian” yang ditujukan kepada China.
Aksi terjadi di sejumlah kota di Australia, terbesar di Sidney, Minggu.
Mereka meniru aktivis Hong Kong, mengenakan pakaian hitam dan menggunakan masker.
Plakat menggambarkan Presiden Cina Xi Jinping dengan tanda salib di wajahnya juga cukup banyak ditampilkan pendemo.
Lebih dari 1.000 orang berdemonstrasi di Sydney, menandakan aksi stand with Hong Kong secara global.
Beberapa pemrotes memegang papan bertuliskan "Selamatkan Hong Kong" dan "Hentikan tirani", sementara yang lain membawa payung kuning atau membagikan berbagai plakat.
Sementara para pendukung pro-Cina menjauh, untuk menghindari terulangnya bentrokan yang berkobar bulan lalu.
Bill Lam (25) yang ikut demonstrasi di Hong Kong sebelum pindah ke Sydney untuk belajar dua bulan lalu mengatakan, para pemrotes menjadi "sangat putus asa" dan hanya ingin pihak berwenang menghormati "hak asasi manusia mereka".
"Saya pindah ke sini tetapi saya ingin mendukung mereka dari Australia," katanya kepada Kantor Berita AFP.
"Saya merasa sangat sedih setiap malam karena saya menonton video langsung (dari Hong Kong) di Facebook dan beberapa media sosial."
Frankie Lo (47) mengatakan, dia telah tinggal di Australia selama bertahun-tahun, tetapi terus sangat peduli dengan situasi di rumah.
"Kami masih percaya pada satu negara, dua sistem tetapi mereka hanya harus mengikuti hukum dasar. Ini bukan soal kemerdekaan," katanya. (*)
Tautan Artikel Kompas.com : Jurnalis Indonesia yang Terkena Peluru Karet di Hong Kong Kini Stabil