Breaking News

Jejak Kusni Kasdut Sang Bandit Legendaris yang Ikut Berjuang Lawan Penjajah tapi Akhirnya Dilupakan

Sosok bandit legendaris Kusni Kasdut ternyata mempunyai masa lalu yang berkaitan dengan perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Editor: Juang Naibaho
Kompas.id
Kusni Kasdut 

TRIBUN-MEDAN.com - Sosok bandit legendaris Kusni Kasdut ternyata mempunyai masa lalu yang berkaitan dengan perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia. Ia merupakan salah satu pejuang kemerdekaan.

Kusni Kasdut mempunyai banyak kisah di medan pertempuran melawan penjajah. Termasuk bergabung dengan Pasukan Laskar Rakyat yang anggotanya berasal dari dunia hitam.

Perjuangan Kusni Kasdut dimulai ketika ia bergabung dengan Heiho pada masa penjajahan Jepang.

Berdasarkan buku Kusni Kasdut karya Parakitri T Simbolon, wartawan harian Kompas, Kusni dulunya sangatlah miskin. Kusni hanya tinggal bersama ibunya. Bahkan saking miskinnya mereka, sang ibu sampai dikenal dengan nama Mbok Cilik (miskin).

Semasa mudanya Kusni juga sangat pendiam. Tak seorang pun teman dekat kepadanya.

Suatu ketika saat Jepang hampir kalah, ia dan empat teman sekolahnya di Malang bergabung dengan Heiho. Mereka berlima ditempatkan di Batalyon Matsamura, lapangan terbang di sebelah timur laut Kota Malang.

Jepang memberi pelatihan yang sangat keras. Salah sedikit, kepala langsung ditempeleng. Belum lagi mereka diharuskan untuk sembah sujud kepada Tenno Heika atau Yang Mulia Kaisar.

Kisah Bandit Legendaris Kusni Kasdut, Perampok Emas Rp 2,5 M dan Nekat Baku Tembak di Kantor Polisi

Tapi yang paling membuat Kusni dendam kepada Jepang ialah ketika sekali ia mangkir dari dinas untuk menghabiskan waktu bersama ibunya. Saat itu Kusni beralasan bahwa ibunya sedang sakit, tapi ia justru dimaki oleh orang Jepang yang jadi pimpinannya.

"Bagerooo! Binatang juga punya ibu. Karo (kalau) sekutu datang, ibumu tidak perru (perlu) sakit tapi ditembaak!," kata orang Jepang tersebut kepada Kusni seperti dikutip dalam buku tersebut.

Hal itu terus terngiang di kepala Kusni. Ia melampiaskan rasa sakit hati itu dengan menenggak minuman keras, meskipun selama ini tak biasa mabuk.

Ia kerap minum minuman keras di kawasan Calekat, Malang, hingga membuat teman-temannya heran.

Tapi beberapa hari setelah kejadian tersebut, Kusni beserta seluruh Heiho lain dikumpulkan. Salah seorang Jepang lalu mengatakan kepada mereka bahwa mereka diliburkan sampai waktu yang tak ditentukan.

Ternyata, hari itu tanggal 19 Agustus 1945. Itu berarti, dua hari sebelumnya Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan. Para anggota Heiho itu dilucuti senjatanya.

Lepas dari Heiho, pada Oktober 1945 Kusni Kasdut bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia menjadi anggota batalyon Rampal. Saat mendengar terjadi perebutan senjata Jepang oleh rakyat Surabaya, Kusni merasa bahwa itu saatnya membalaskan dendam kepada Jepang.

Tetapi di Malang, pertempuran tak terjadi. Jepang sepakat menyerahkan gudang senjata mereka yang isinya tak seberapa kepada rakyat tanpa perlawanan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved