Jejak Kusni Kasdut Sang Bandit Legendaris yang Ikut Berjuang Lawan Penjajah tapi Akhirnya Dilupakan
Sosok bandit legendaris Kusni Kasdut ternyata mempunyai masa lalu yang berkaitan dengan perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Akan tetapi, Barisan Bambu Runcing yang memiliki tujuan merebut kembali kota Bandung gagal terwujud. Padahal, saat menerima informasi itu Kusni sudah sampai di Madiun dengan susah payah.
Di suatu perbukitan, ia lantas melihat beberapa kelompok wanita dan anak-anak berlatih dengan semangat. Di sana ia juga bertemu dengan seseorang bernama Krismanto.
Krismanto menjelaskan bahwa kelompok yang sedang berlatih itu adalah Brigade Teratai. Anggota dari brigade itu merupakan orang-orang dari dunia hitam seperti copet, rampok, germo hingga wanita panggilan.
Akan tetapi ada pula anggota TNI yang bergabung dalam brigade tersebut. Keberadaan anggota TNI itu disebut untuk berbagi ilmu dengan anggota Brigade Teratai lain.
Kusni akhirnya bergabung dengan brigade ini. Ia bertugas sebagai staf pertempuran ekonomi. Kusni lantas banyak bergaul dengan pelacur dan brandal-brandal kecil yang ditugaskan sebagai mata-mata Brigade Teratai.
Suatu hari ia ditugaskan untuk mengambil emas berlian dari seorang keturunan Tionghoa kaya yang tinggal di Madiun. Ia dan rekan-rekannya datang ke rumah tersebut seolah-olah minta bantuan.
Akan tetapi, keluarga keturunan Tionghoa itu menutup-nutupi keberadaan emas berlian mereka. Kusni yang telah mendapat informasi mengenai keberadaan emas tersebut lantas menemukan lokasi penyimpanan perhiasan itu.
"Seharusnya bapak kami tembak karena bohong. Jadi takkan sempat menyerahkan sendiri. Tapi biarlah, kami hanya perlu ini," kata Kusni sembari memegang emas berlian tersebut.
Kusni merasa bangga dengan apa yang ia lakukan. Menurutnya, ia telah menyumbang uang untuk perjuangan.
Pada 19 Desember 1948, Kusni sedang berada di Yogyakarta. Kusni yang sedang bangun tidur tersentak, terdengar suara rentetan tembakan dari arah timur yang makin lama menjalar ke seluruh kota.
Ia lantas melihat puluhan tentara berkumpul dengan sejumlah rakyat mengikuti. Kusni pun ikut dalam rombongan tersebut. Di suatu tikungan Kusni melihat sebuah meriam. Dipanggilnya beberapa orang untuk mendorong meriam tersebut.
Meski begitu berat ia dan warga-warga tersebut mendorong meriam sejauh 20 kilometer dari Yogyakarta. Meriam itu akhirnya ia serahkan ke segerombolan prajurit yang kebetulan ditemuinya untuk modal perang melawan Belanda. Ia menyerahkan meriam dengan rasa bangga.
Akan tetapi, di suatu hari setelah perang usai, Panglima Komando Jawa melakukan skrining siapa saja yang berhak menjadi TNI. Nama Brigade Teratai tidak masuk dalam daftar yang akan dijadikan TNI.
Kusni yang memiliki kenalan sempat mengaku sebagai anggota TRIP karena dua temannya bergabung di sana. Tapi tetap saja, ia ditolak jadi TNI.
Kusni lantas kembali ke Rampal mengurus surat pernyataan bekas pejuang. Butuh waktu satu tahun untuk surat itu terbit sekaligus uang pemulihan yang jumlahnya amat sedikit.