Begini Cara Medan Commmunity Inovation Program untuk Pecahkan Masalah Lingkungan Kota Medan

Janio menyampaikan pihaknya ingin mewadahi ide-ide kreatif dari generasi muda Kota Medan dapat ditunjukkan dalam sebuah prototype.

Penulis: Alija Magribi |
TRIBUN MEDAN/ALIJA MAGRIBI
Aktifitas peserta Medan Commmunity Inovation Program yang digagas SL2 untuk Membuat prototype pemecah masalah lingkungan warga Kota Medan 

"Kita bisa mencontoh kehadiran Gojek ataupun Grab yang memanfaatkan teknolologi untuk menjawab kebutuhan transportasi masyarakat di Indonesia. Siapa yang dulu menyangka aplikasi ini akan maju?," ujarnya.

Mempertimbangkan contoh lainnya, Simon menyampaikan seperti prediksi mobil listrik yang digadang-gadang akan mengaspal di Indonesia di tahun 2018, justru tak terjawab.

"Kenyataannya fasilitas pendukung mobil listrik belum tercipta di Indonesia. Belum ada kajian jalan apa yang bisa dipakai ataupun tidak, dan belum ada spot-spot pengisian daya listriknya," ujar Simon.

Oleh sebab itu, ja menekankan inovasi yang dihasilkan harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat sekarang hingga masa yang akan datang.

Tiga Hasil Karya Tim Peserta Dalam Pengembangan

Peserta Medan Commmunity Inovation Program yang digagas SL2 terbagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai tujuh orang. Sayang ya, kunjungan Tribun Medan, ada satu kelompok yang berhalangan hadir, yakni kelompok pertama.

Perwakilan Kelompok II Satia Raz menyampaikan prototype mereka merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah. Mereka menamai prototype mereka dengan nama Katot, Kaya karena botot.

"Jadi kita Membuat sistem yang mana, masyarakat dapat menvestasikan sampahnya. Jadi setiap jenis sampah akan diberikan point reward. Nilai sampah logam berapa, sampah organik berapa, plastik berapa dan lainnya," ujar Satia yang mengaku penemuan mereka membutuhkan dukungan pihak lainnya.

Adil Pracahyo mewali kelompok IV (Peradaban Lingkungan Hijau) mengaku timnya Membuat sebuah sistem yang mana para pedagang kali lima berkumpul dalam sebuah Good Court. Seluruh alat dan kemasan makanan harus menggunakan bahan bahan yang mudah terbaur oleh lingkungan.

Adapun perwakilan Kelompok II Nurul Azmi menjelaskan timnya membuat sebuah tong sampah yang mampu menyensor jenis sampah. Sensor kemudian menggerakkan alat pemilah sampah.

"Sehingga dapat dikelompokkan, mana sampah logam, plastik, organik maupun yang tak terdeteksi," ujar kartawati Pertamina ini.

(cr15/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved