Andy Ayamiseba, Pentolan Papua Merdeka dan Mantan Manajer Black Brothers Meninggal Dunia

Andy Ayamiseba pentolan The United Liberation Movement for West Papua atau yang sering di sebut Organisasi Papua Merdeka, meninggal dunia

Facebook/ Humans of Vanuatu
Andy Ayamiseba pentolan The United Liberation Movement for West Papua 

Kepiawaian Andy Ayamiseba memanajemen grup musik boleh diancungi jempol.

Salah satunya adalah mengubah nama grup musik ini dari sebelumnya bernama Iriantos dan setelah hijrah ke Jakarta tahun 1976 namanya diubah menjadi Black Brother.

Kehadiran Black Brothers di ibukota cukup mendapat tempat saat itu di hati pecinta musik Indonesia. Banyak produser ternama yang mengikat kontrak dengan grup musik ini.

Tetapi setelah Andy Ayamiseba mulai ikut dalam politik Papua Merdeka, ketenaran Black Brother pun perlahan turut meredup di Indonesia.

Band ini pun sempat tenar di Belanda dan Vanuatu, setelah melakukan beberapa show di Belanda dan negara-negara tetangga seperti Papua Nugini dan Vanuatu.

Sekitar tahun 1980 mereka pun meminta suaka politik di Negeri Belanda. Kemudian tahun 1983 grup ini hijrah ke Vanuatu atas undangan pemerintah Vanuatu yang saat itu dipimpin Presiden Walter Lini dan Barak Sope.

Kabarnyanya, Black Brothers punya peran khusus dalam memberikan dukungan lewat musik untuk mendirikan negara di Pasifik Selatan itu.

Kedekatan Andy dengan Barak Sope membuat Andy ikut marasakan dampak kejatuhan Walter Lini dari kursi kepresidenan tahun 1988 akibat mosi tidak percaya dari rakyat Vanuatu.

Tokoh Papua Barat Wafat, Inilah

Ia dideportasi dari negara Vanuatu. Group musik Black Brothers pun tercerai berai. Personilnya ada yang tinggal di Vanuatu dan sebagian lagi tinggal di Australia.

Beberapa di antaranya sudah meninggal dunia di negeri orang.

Setelah tak bersama Black Brother lagi, ia mencoba kembali ke Vanuatu tahun 1990-an setelah namanya dihapus dari daftar imigran terlarang di negeri itu.

Ia melakukan beberapa kunjungan ke Vanuatu dengan dokumen perjalanan yang disediakan oleh pemerintah Australia. 

Ia pun membujuk pemerintah Vanuatu mendukung gerakan kemerdekaan Papua Barat.

Ia mengisi hari-harinya dengan usaha dagang eksport-impor dan terus menjalin hubungan dengan faksi-faksi pendukung Papua merdeka di Vanuatu. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved