Virus Corona
Pencetus Lockdown Ungkap Kenapa Virus Corona Lebih Mematikan di Eropa dan Amerika daripada di China
Eropa dan Amerika Serikat kaget setelah wabah virus Corona SARS-CoV-2 yang mereka alami lebih mematikan daripada yang dialami China.
Tetapi mutasi yang lebih lemah tidak berarti risiko yang lebih rendah untuk semua orang, menurut penelitian Li.
Di Zhejiang, dua pasien berusia 30-an dan 50-an yang tertular strain yang lebih lemah tapi mengalami sakit parah.
Meskipun keduanya bertahan dan sembuh, pasien yang lebih tua membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif/ICU.
Temuan ini bisa menjelaskan perbedaan dalam mortalitas regional. Infeksi pandemi dan tingkat kematian bervariasi dari satu negara ke negara lain, dan banyak penjelasan telah diajukan.
Para ilmuwan genetika telah memperhatikan bahwa turunan dominan di wilayah geografis yang berbeda pada dasarnya berbeda.
Beberapa peneliti mencurigai perbedaan angka kematian dapat, sebagian, disebabkan oleh mutasi tetapi mereka tidak memiliki bukti langsung.
Masalah ini semakin rumit karena tingkat kesembuhan tergantung banyak faktor, seperti usia, kondisi kesehatan yang mendasarinya atau bahkan golongan darah.
Di rumah sakit, Covid-19 telah diperlakukan sebagai satu penyakit dan pasien telah menerima pengobatan yang sama terlepas dari strain yang mereka miliki.
Li dan koleganya menyarankan bahwa mendefinisikan mutasi di suatu wilayah mungkin menentukan tindakan untuk melawan virus.
“Pengembangan obat-obatan dan vaksin, walaupun mendesak, perlu memperhitungkan dampak akumulasi mutasi ini ... untuk menghindari kegagalan,” kata mereka.
Li adalah ilmuwan pertama yang mengusulkan penutupan Wuhan, menurut laporan media pemerintah.
Pemerintah mengikuti sarannya dan pada akhir Januari, kota dengan lebih dari 11 juta penduduk ditutup dalam semalam.
Ukuran sampel dalam penelitian terbaru ini sangat kecil.
Studi lain yang melacak mutasi virus biasanya melibatkan ratusan, atau bahkan ribuan strain.
Tim Li mendeteksi lebih dari 30 mutasi.