Virus Corona
Pencetus Lockdown Ungkap Kenapa Virus Corona Lebih Mematikan di Eropa dan Amerika daripada di China
Eropa dan Amerika Serikat kaget setelah wabah virus Corona SARS-CoV-2 yang mereka alami lebih mematikan daripada yang dialami China.
Di antara mereka 19 mutasi - atau sekitar 60 persen - adalah baru.
Mereka menemukan beberapa mutasi ini dapat menyebabkan perubahan fungsional pada protein lonjakan virus, struktur unik di atas selubung virus yang memungkinkan coronavirus mengikat dengan sel manusia. Simulasi komputer memperkirakan bahwa mutasi ini akan meningkatkan infektivitasnya.
Untuk memverifikasi teorinya, Li dan rekannya menginfeksi sel dengan strain yang membawa mutasi berbeda.
Jenis yang paling agresif dapat menghasilkan viral load 270 kali lebih banyak dibandingkan jenis yang paling lemah. Strain ini juga membunuh sel-sel tercepat.
Itu adalah hasil yang tak terduga dari kurang dari selusin pasien, "menunjukkan bahwa keragaman sebenarnya dari strain virus sebagian besar masih kurang diperhitungkan," tulis Li.
Mutasi adalah gen yang berbeda dari strain paling awal yang diisolasi di Wuhan, tempat virus pertama kali terdeteksi pada akhir Desember tahun lalu.
Virus Corona berubah dengan kecepatan rata-rata sekitar satu mutasi per bulan.
Hingga Senin (20/4/2020), lebih dari 10.000 strain telah diurutkan oleh para ilmuwan di seluruh dunia, yang mengandung lebih dari 4.300 mutasi, menurut Pusat Informasi Bio Nasional China.
Sebagian besar sampel ini, diurutkan dengan pendekatan standar yang dapat menghasilkan hasil dengan cepat. Gen diamati hanya sekali hingga ada ruang untuk kesalahan.
Tim Li menggunakan metode yang lebih canggih yang dikenal sebagai sekuensing ultra-dalam. Setiap blok pembangun genom virus dibaca lebih dari 100 kali, memungkinkan para peneliti untuk melihat perubahan yang bisa diabaikan oleh pendekatan konvensional.
Para peneliti juga menemukan tiga perubahan berturut-turut - yang dikenal sebagai mutasi tri-nukleotida - pada pasien berusia 60 tahun, yang merupakan peristiwa langka.
Biasanya gen bermutasi pada satu situs pada suatu waktu. Pasien ini menghabiskan lebih dari 50 hari di rumah sakit, lebih lama dari pasien Covid-19 lainnya, dan bahkan kotorannya menular dengan strain virus yang hidup.
"Menyelidiki dampak fungsional dari mutasi tri-nukleotida ini akan sangat menarik," kata Li dan tim.
Profesor Zhang Xuegong, kepala divisi bioinformatika di Laboratorium Nasional untuk Sains dan Teknologi Informasi di Universitas Tsinghua, mengatakan pengurutan ultra dalam dapat menjadi strategi yang efektif untuk melacak mutasi virus.
"Itu bisa menghasilkan beberapa informasi yang bermanfaat," katanya.