Petani Medan Jalan Kaki ke Jakarta

Isak Tangis Keluarga Pecah Saat Berangkatkan Ratusan Petani di Medan Jalan Kaki Menuju Istana Negara

Isak tangis keharuan mewarnai pelepasan ratusan petani dari Kota Medan menuju Istana Negara Jakarta, Kamis (25/6/2020) di Jalan Jamin Ginting, Medan.

Laporan Wartawan Tribun Medan, Victory Arrival Hutauruk

TRI BUN-MEDAN.com, MEDAN - Isak tangis keharuan mewarnai pelepasan ratusan petani dari Kota Medan yang melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Negara Jakarta, Kamis (25/6/2020) di Jalan Jamin Ginting, Medan.

Ratusan petani itu hendak menjumpai Presiden Jokowi, dan menuntut penyelesaian konflik agraria antara para petani Simalingkar A dan Sei Mencirim, Deliserdang, dengan PTPN II.

Terlihat 200-an petani yang tergabung dalam Serikat Petani Simalingkar Dan Mencirim Bersatu saling berpelukan satu dengan yang lain.

Petani yang tidak ikut berangkat memberikan kata-kata semangat kepada para petani yang berangkat menuju Jakarta.

"Semangat ya, semangat kalian semua," teriak seorang ibu kepada ratusan petani yang bergerak menuju Istana.

"Hidup petani," balasnya teriak.

MELONJAK Lagi, Kasus Positif Covid-19 di Sumut Naik 69 Sehari, Total 1.356, Pasien Sembuh 18 Orang

BREAKING NEWS, Ketua PDIP Sumut Japorman Saragih Mengundurkan Diri, Bantah karena Jadi Tersangka KPK

Ibunda Rama Wahyudi Ihklas, Anggota TNI Putera Simalungun Korban Kekejaman Pemberontak di Kongo

Amatan Tribun, sekitar pukul 14.50 WIB, para petani yang terdiri dari para pria, ibu, hingga nenek renta terlihat berjalan dari arah Simalingkar menyusuri Jalan Jamin Ginting dengan berjalan kaki dan berkumpul tepat di bawah Fly Over Jamin Ginting.

Saat berjalan, para petani tersebut memakai spanduk yang dikalungkan di badannya yang bertuliskan "Negara harus lindungi Petani, "Kami Percaya Presiden Jokowi Masih Punya Hati Nurani Untuk Masyarakat", "Bubarkan PTPN II"

Dewan Pembina Serikat Petani Simalingkar Dan Mencirim Bersatu, Aris Wiyono, menyebutkan aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah karena areal lahan dan tempat tinggal mereka sejak 1951 telah digusur paksa oleh korporasi PTPN II.

Ia menyebutkan para petani yang digusur tersebut berasal dari Dusun Bekala Desa Simalingkar A dan Desa Sei Mencirim, Kabupaten Deliserdang.

"Aksi kita hari ini adalah aksi jalan kaki ke Jakarta terkait penanganan kasus konflik agraria yang tak kunjung selesai di Sumatera Utara ini. Terutama dari kami dari Serikat Petani Simalingkar Bersatu dan Mencirim Bersatu," tuturnya saat diwawancarai Tribun.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa luas area yang berkonflik yang tergabung dalam SPSB dengan PTPN II seluas kurang lehih 854 Ha dan area petani yang tergabung STMB seluas kurang lebih 80 Ha.

Tak Kunjung Kapok, Pria Ini Berulang Kali Menyamar Jadi Polisi Gadungan, Sudah 3 Kali Masuk Penjara

Gubernur Edy Rahmayadi Sebut Lonjakan Kasus Positif Covid-19 Tak Hambat Penerapan New Normal

Aris menyebutkan bahwa penggusuran yang terjadi kepada ribuan warga di kedua desa tersebut yang dilakukan oleh pengusaha bersama preman dan oknum.

"Terkait sertifikat hak milik, artinya ini ada ketidakadilan dan pemerintah daerah diam. Kemudian para pengusaha sudah berkonspirasi jahat dengan beberapa oknum tentunya di lingkungan aparat dan preman sehingga ini jadi kekuatan layrn untuk melawan masyarakat petani," tuturnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved