Update Covid19 Sumut 15 Agustus 2020

BREAKING NEWS: Tanggapan Dinas Kesehatan, 30 Tenaga Medis RSU Haji Positif Corona dan Keluhan APD

Dinas Kesehatan Sumut menanggapi laporan keluhan tenaga medis yang menggunakan baju azmat dan masker secara berulang.

HO
Rumah Sakit Umum Haji Medan/ HO 

Seorang perawat RSU Haji yang tak ingin disebutkan identitasnya membeberkan fakta penyebab tingginya angka tenaga medis yang terpapar.

Ia menyebutkan bahwa para perawat dalam menangani pasien Covid-19 diberikan APD yang dijatah dan tidak diganti setiap harinya sejak bulan Mei 2020.

Bahkan yang lebih miris bahwa baju azmat dan masker yang dipakai para tenaga medis harus disterilkan kembali. Dan bahkan ada yang harus membeli masker sendiri.

"Kami ada 240 perawat disini, kami tidak di fasilitasi kerja, APD sama masker dijatah. Jadi baju Azmat kami itu didaur ulang, sudah dipakai lalu disterilkan, baru dipakai kembali. Maskerpun dijatah, kami pakai masker lebih dari 3 hari itupun masker medis biasa. Bahkan kami disuruh beli sendiri," ungkapnya kepada Tribun, Jumat (14/8/2020).

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa tidak adanya perlengkapan APD tersebut yang membuat banyaknya tenaga medis yang berjatuhan terpapar Covid-19.

Tenaga medis dan pelayanan di Rumah Sakit Umum Haji Medan
Tenaga medis dan pelayanan di Rumah Sakit Umum Haji Medan (HO)

"Jadi pasien itu dibuat masuk ke ruangan rawat inap biasa. Jadi disitu kami kenak tertularnya, karena kami dengan tanpa perlengkapan tidak mengetahui pasien tersebut ternyata terpapar," tegasnya.

Bahkan ia menerangkan saat ini banyak perawat yang menangani khusus pasien Covid19 tidak pernah dilakukan swab. Yang lebih miris bahwa para pasien yang positif tidak dirawat oleh rumah sakit.

"Kami juga perawat belum semua di swab. Malah yang di swab yang tidak menanganin pasien bg. Dan teman-teman kami perawat yang positif disuruh manajemen rawat diri sendiri di rumah, bukan dirawat di RS Haji," tuturnya.

Ia menyebutkan bahwa para perawat yang menangani pasien Covid19 juga tidak diberikan ruang karantina setelah menangani pasien dan langsung disuruh pulang ke rumah masing-masing.

Hal ini dijelaskannya yang menjadi penyebab tertularnya suami dari almarhum perawat Rasyidah yang meninggal dunia.

"Kami yg merawat Covid19 tidak difasilitasi seperti biasa. Kami disuruh pulang sehabis merawat, makanya kawan kami yg meninggal Rasydah Ulfa itu suaminya ikut positif.

Seharusnya selesai dari ruangan Covid19 kami diisolasi dulu 14 hari baru diperbolehkan pulang apabila hasil rapid atau swab kami negatif. Ini salah satu penyebab penularan dan menularkan ke keluarga," tuturnya.

"Dan teman kami yang meninggal itu belum dapat santunan hingga hari ini," tambahnya.

Ia bahkan menyebutkan hingga saat ini pihaknya tidak diberikan insentif menangani pasien Covid19 dan tidak ada diberikan Surat Keterangan tenaga medis yang menangani Covid19.

"Kami merawat tidak diberikan SK covid19 nya bg. Jadi kami duga ada permainan antara manajemen rumah sakit. Mereka melaporkan ke dinas ada Covid di RS Haji. Tapi kami karyawannya tidak diberikan apa apa. Kami yang merawat pasien Covid19 juga tidak di berikan insentif sejak Bulan Mei hingga sekarang. Tapi laporan kami masuk ke dinas bahwasannya kami merawat Covid19.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved