Ngopi Sore
Tentang Komik dan Charlie dan Pemikiran Sesat Bahwa Membaca Buku Berat Pertanda Serius dan Pintar
Buku politik, buku tulisan para profesor dari universitas di luar negeri, itulah bacaan seorang pemimpin otoritas politik. Bukan komik.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Komik pertama, menginspirasi orang-orang Jepang untuk menciptakan sejumlah piranti berteknologi tinggi. Komik kedua mendorong mereka meraih kedigdayaan di lapangan sepak bola. Saat komik ini pertama kali diterbitkan tahun 1981, Jepang masih anak bawang. Di Asia, kualitas sepak bola Jepang bahkan masih berada di bawah Indonesia.
Masih belum juga percaya? Ya, sudah, tidak apa-apa. Tidak usah percaya. Dengan demikian mari kita anggap semua komik, juga kartun, karikatur dan sejenisnya, sebagai sesuatu yang main-main belaka, yang tolol, dan planga-plongo, dan karena itu memang tak perlu menganggap segala yang berhubungan dengannya sebagai hal serius.
Segala yang dilahirkan Charlie Hebdo, misalnya. Charlie Hebdo, ya, bukan Charlie Chaplin.(t agus khaidir)