Gempa Hari Ini
Majene Mamuju Kembali Diguncang Gempa 5.2, Bangunan Ambruk Lagi, Ini Penjelasan BPBD Setempat
Majene Mamuju Kembali Diguncang Gempa 5.2, Bangunan Ambruk Lagi, Ini Penjelasan BPBD Setempat
TRIBUN-MEDAN.COM - Majene Mamuju Kembali Diguncang Gempa 5.2, Bangunan Ambruk Lagi, Ini Penjelasan BPBD Setempat
Majene Mamuju kembali diguncang gempa 5.2, Rabu (3/2/2021) pukul sekitar 15.25 WIB.
Level guncangan mencapai III MMI di daerah Majene dan Mamuju III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah).
Selain di Majene, gempa ini dilaporkan dirasakan warga di Mamuju dan Polewali Mandar.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut pusat gempa berada di 9 kilometer barat laut Majene.
Pusat gempa berkedalaman 18 kilometer.
Gempa ini merupakan gempa susulan terbesar sejak gempa dahsyat 6.2 pada 15 Januari 2021 dini hari.
Terbaru BPBD Majene mengatakan gempa ini menimbulkan kerusakan.
Kepala Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majene Sirajuddin mengungkapkan, beberapa bangunan yang sebelumnya hanya mengalami kerusakan kecil saat gempa besar pada Januari 2021 hancur akibat gempa sore tadi.
Beberapa bangunan yang hancur tersebut berada di Kecamatan Ulumanda dan Malunda, dua kecamatan yang terdampak paling parah sejak gempa pada 15 Januari 2021.
"Jadi beberapa laporan dari warga yang tadinya rusak ringan kini rusak berat.
Itu terjadi di Kecamatan Ulumanda dan Malunda," kata Sirajuddin kepada Kompas.com, Rabu sore.
Sirajuddin mengatakan, hingga kini BPBD Majene sudah meninjau beberapa lokasi yang terdampak gempa sembari mencatat detail jumlah bangunan yang ambruk saat gempa.
Namun menurutnya, warga kini kembali mengungsi karena khawatir gempa dengan kekuatan yang lebih besar akan kembali terjadi.
"Mereka panik," ujar Sirajuddin.
Warga Meninggal saat Dievakuasi
Seorang warga Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Rakki (61), meninggal saat gempa susulan berkekuatan 5,2 SR mengguncang Majene dan Mamuju, Rabu (3/2/2021).
Korban menghembuskan nafas terakhir di tenda puskesmas darurat Kecamatan Malunda.
"Iya, ada satu orang yang meninggal di Puskesmas Malunda, Kabupaten Majene Sulbar," kata Sirajuddin via telepon.
Sirajuddin mengungkapkan pihaknya belum mengetahui penyebab meninggalnya warga Majene tersebut.
"Kayaknya orang itu meninggal dunia karena kaget, bukan karena reruntuhan," ujarnya.

Anak almarhum, Nanriadi Kasman, yang dikonfirmasi mengaku saat terjadi gempa dia langsung mengevakuasi ibunya dari tenda puskesmas darurat.
"Pas gempa saya langsung angkat ibu saya untuk evakuasi keluar dari tenda puskesmas darurat, tiba-tiba dia lemas, saya goyang tidak ada respons, saya letakkan kembali ternyata dia sudah tidak bernapas," kata Kasmar kepada wartawan.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M=5,1. Sebelumnya dirilis magnitudo 5.2 SR.
Episenter gempabumi terletak pada koordinat 2,99 LS dan 118,86 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 km arah barat laut Majene, Sulawesi Barat pada kedalaman 17 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar lokal.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan mendatar naik ( Oblique Thrust Fault ).
Gempa susulan sebelum gempa hari ini terjadi 31 Januari 2021 sebesar 4.4 SR, pukul 20:13:13 WITA.
Kekuatan gempa ini mencapai III MMI di Majene dan Mamuju dan Mamasa II MMI.
Sebelumnya Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ), Daryono mengaku heran karena Gempa Majene yang diawali gempa 5.9 pada 14 Januari 2021 dan puncaknya 6.2 pada 15 Januari 20219, miskin gempa susulan.
Seharusnya gempa kuat di kerak dangkal atau shallow crustal earthquake dengan M 6.2, semestinya diikuti oleh banyak aktivitas gempa susulan.
"Jika kita bandingkan dengan kejadian gempa lain sebelumnya dengan kekuatan yang hampir sama, biasanya pada hari kedua sudah terjadi gempa susulan sangat banyak, bahkan sudah dapat mencapai jumlah sekitar 100 gempa susulan," jelas Daryono.
Daryono mengatakan saat gempa utama, terjadi pergeseran (slip) secara tiba-tiba dua blok batuan. Sedangkan pada saat gempa susulan adalah proses mencari kesetimbangan baru, termasuk upaya kembali ke posisi semula. Jadi gempa susulan itu lazim haruss terjadi pasca gempa besar.
Daryono menduga ada dua kemungkinan yang menyebabkan fenomena rendahnya produksi gempa susulan di Majene, Sulawesi Barat ini.
Salah satunya kemungkinan akibat terjadinya proses disipasi, yakni medan tegangan zona gempa sudah habis, sehingga kondisi tektonik kemudian menjadi stabil dan kembali normal.
"Atau justru malah sebaliknya, dengan minimnya aktivitas gempa susulan ini menandakan masih tersimpannya medan tegangan yang belum rilis (muncul), sehingga masih memungkinkan terjadinya gempa signifikan nanti," jelas Daryono.
Kendati demikian, Daryono menjelaskan bahwa fenomena gempa Majene dengan rendahnya gempa susulan ini membuat kita menaruh curiga, sehingga lebih baik tetap diwaspadai.
"Inilah perilaku gempa, sulit diprediksi dan menyimpan banyak ketidakpastian.
Sehingga kita baru dapat mengkajinya secara spasial dan temporal, akan tetapi untuk mengetahui besarnya medan tegangan riil dan perubahannya pada kulit bumi masih sulit dilakukan," imbuh Daryono.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gempa Magnitudo 5,2 di Majene, Sejumlah Bangunan Ambruk", dari tribun-timur.com dengan judul Kaget Saat Terjadi Gempa Susulan, Warga Malunda Majene Meninggal di Pelukan Anaknya