BOS TERORIS Ingin Tunjukkan Pasukan Wanita 'Inong Baleh' Lebih Nekat Walaupun Tak Paham Medan Perang
Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo sebelumnya mengatakan bahwa pelaku penyerangan di Mabes Polri merupakan teroris perempuan berinisial ZA.
Di sana, ia sempat bertanya di mana lokasi kantor pos.
"Kemudian diberi pelayanan oleh petugas dan diarahkan untuk menuju kantor pos," kata Kapolri.
Perempuan itu pun pergi, tapi tak lama kemudian ia kembali dan melakukan penyerangan di Mabes Polri.
Zakiah Aini melakukan penembakan sebanyak enam kali.
"Dua kali tembakan petugas di pos, dua kali di luar, dan menembak lagi anggota yang ada di belakang," lanjut Listyo Sigit.
Setelah menyerang Mabes Polri, petugas pun melumpuhkan terduga teroris itu.
Dari hasil olah TKP, kata Listyo Sigit, diketahui terduga teroris adalah seorang perempuan berinisial ZA.
Saat ini, ZA masih berusia 25 tahun dan tinggal di kawasan Ciracas, Jakarta Timur.
Pelaku Lone Wolf yang Berideologi Radikal ISIS.
Listyo Sigit juga menyatakan, setelah dilakukan pengecekan berdasarkan sidik jari dan face recognation, identitasnya pun sesuai.
Berdasarkan profiling yang dilakukan, lanjut Listyo Sigit, ZA adalah pelaku lone wolf yang berideologi radikal ISIS.
Hal ini dibuktikan dengan sejumlah postingan ZA di media sosial.
"Tersangka juga memunyai Instagram yang baru dibuat 21 jam yang lalu di mana di dalamnya ada bendera ISIS," kata Kapolri.
Identitas lain yang diungkap Listyo Sigit adalah ZA berstatus sebagai mantan mahasiswa di satu kampus ternama di Jakarta.
Ternyata, ia drop out dari kampusnya pada semester lima.
Dari hasil pendalaman, kata Listyo Sigit, ZA membawa sebuah map kuning saat menyerang Mabes Polri.
"Di dalamnya terdapat amplop yang bertuliskan kata-kata tertentu," kata dia.
Terkait penyerangan Mabes Polri, Kapolri meminta anggota kepolisian tetap memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat.
"Tapi tetap meningkatkan kewaspadaan dan sistem keamanan," kata Kapolri.
Sebenarnya, apa maksud Lone Wolf dalam sebuah kasus serangan teroris ini?
Penjelasan mengenai apa itu Lone Wolf sebenarnya pernah disampaikan Tito Karnavian saat dirinya masih menjabat Kapolri dulu.
Lone Wolf dalam kasus terorisme adalah segelintir orang yang beraksi sendiri untuk melakukan aksi teror.
Mereka dikenal sebagai lone wolf atau aksi perorangan yang terpapar ideologi radikal dan beraksi layaknya teroris.
Umumnya, kata Tito, mereka belajar cara merakit bom atau merencanakan penyerangan melalui internet.

"Mereka leaderless, mereka hanya baca internet dan terinspirasi," ujar Tito di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Senin (10/7/2017) seperti dikutip dari Kompas.com
Tito menyebut kasus pengibaran bendera ISIS di Polsek Kebayoran Lama dan penusukan polisi di Masjid Falatehan termasuk aksi lone wolf.
Karena mereka mendapatkan pengaruh radikal dari internet, maka perlu adanya penangkal radikal yang kuat di dunia maya.
"Menghadapi lone wolf ini yang harus diperkuat yakni kemampuan siber untuk mendeteksi website radikal dan chatting radikal, juga komunikasi radikal," kata Tito.
Saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), memiliki tanggung jawab untuk menyosialisasikan program kontraradikal agar masyarakat tidak terpapar paham aliran tersebut.
Sementara itu, untuk penguatan siber merupakan tanggung jawab penegak hukum dibantu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
"Saya katakan perlu dibentuk kekuatan siber yang ada di Kemenkominfo, Polri, TNI, BIN, harus diintegrasikan untuk melawan yang menyebarkan paham radikal di internet," kata Tito.
Menurut Tito, banyak teroris yang terinspirasi dengan Aman Abdurrahman, pimpinan Jamaah Ansharut Daulah yang tengah menjalani masa hukuman di Nusakambangan.
Meski Aman terisolasi, ilmu yang dia miliki dan ajarannya sudah beredar luas di internet.
"Tulisan yang dia buat menginspirasi yang lain. Diviralkan oleh pengikutnya. Tapi dia tidak langsung berhubungan," kata Tito kala itu.
Baca juga: Suasana Terkini Mabes Polri Pascaserangan yang Diduga Dilakukan Teroris
Sebelumnya diberitakan, seorang terduga teroris nekat menerobos Mabes Polri di Jakarta, Rabu (31/3/2021).
Sempat terjadi baku tembak yang menewaskan terduga teroris tersebut.
Baku tembak terjadi di dekat ruangan Kapolri.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 16.30 WIB.
Setelah peristiwa ini terjadi, penjagaan Mabes Polri pun diperketat.
Sosok ZA Kurang Bergaul dan Tertutup
Sosok wanita penyerang Mabes Polri diketahui sebagai pribadi yang tertutup.
Hal ini dikatakan satu di antara tetangga ZA, Bambang Sumarjono.
Bambang sebagai tetangga sebelah rumah mengatakan, ZA sebagai sosok yang tertutup.
Zakiah Aini dijelaskannya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah.
"Keseharian? Saya juga kurang paham karena anaknya kurang bergaul dan diam di dalam rumah mulu, tertutup," katanya di lokasi, Rabu (31/3/2021) malam.
Meski sudah tinggal sedari kecil, Bambang menjelaskan jarang sekali melihat ZA keluar rumah.
Pasalnya, teman sepermainan seumuran ZA jarang di lokasi ini.

Suasana di kediaman terduga teroris di Jalan Lapangan Tembak Gang Taqwa RT 03 RW 010 Nomor 3, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/3/2021). (TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina)
Sementara anggota keluarga lainnya justru sering bertemu dengan Bambang yang memiliki warung kelontong tepat di sebelah kanan rumah ZA.
"Sering keluar? Enggak sama sekali. Ini ZA sudah tinggal lama di sini. Ini dia anak bungsu. Tapi memang tertutup."
"Dari kecil jarang keluar karena memang teman seumuran dia di sini jarang," jelasnya.
Tinggalkan Surat
Ternyata Zakiah Aini sudah membuat surat wasiat untuk keluarga sebelum menyerang Mabes Polri, Jakarta.
"Ada secarik kertas tulisan tangan, saya tidak tahu isinya apa," kata Lurah Kelapa Dua Wetan, Sandy Adamsyah di rumah ZA di Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (31/3/2021).
"Intinya yang saya dengar dari kakanya itu seperti sebuah izin," tambahnya seperti dikutip dari kompas.com.
Sandy menjelaskan, surat wasiat itu mulanya ditemukan oleh kakak ZA.
Kakaknya sempat ingin melaporkannya, namun tak sempat.
"Tadi berdasarkan keterangan dari kakaknya, bahwa surat wasiat ini sebelumnya sudah ditemukan," ujar Sandy.
"Kakaknya agak bingung mau lapor ke mana, nah akhirnya dia ada inisiatif mau ke polres, tapi (lebih dulu) terjadi hal yang tidak kita inginkan ini," pungkasnya.
(*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul IDENTITAS Terduga Teroris yang Serang Mabes Polri, Perempuan Usia 25 Tahun, DO dari Kampus Dan di Kompas.com dengan judul "Kapolri Sebut Teroris "Lone Wolf" Bisa Dilawan dengan Kekuatan Siber"