Jet Tempur KFX Meluncur Pekan Pertama April, Korea Selatan Sebut Menhan Prabowo Bakal Hadir

Saat negosiasi ulang KXF tidak berjalan mulus, Menhan Prabowo sudah melakukan pertemuan dengan Perancis terkait pembelian 36 jet tempur Rafale.

Editor: Tariden Turnip
facebook
Jet Tempur KFX Meluncur Pekan Pertama April, Korea Selatan Sebut Menhan Prabowo Bakal Hadir. Perakitan akhir prototipe jet tempur KFX yang awalnya bekerja sama dengan Indonesia 

TRIBUN-MEDAN.COM - Jet Tempur KFX Meluncur Pekan Pertama April, Korea Selatan Sebut Menhan Prabowo Bakal Hadir 

Korea Selatan mengabarkan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto akan menghadiri peluncuran jet tempur Korean Fighter Xperiment ( KFX ) pekan pertama April 2021.

"Setahu saya, Indonesia telah menyampaikan kepada pemerintah kami niat agar pejabat senior militer, termasuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, akan menghadiri acara peluncuran KFX," kata seorang sumber seperti dikutip dari Kantor Berita Yonhap, Kamis, 1 April 2021.

Sebelumnya Maret 2021, Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan Kang Eun-Ho berkunjung ke Indonesia.

Pusat Penerangan TNI melansir Kang Eun-Ho bertemu Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Subden Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, 16 Maret 2021.

"Dalam pertemuan ini Kang Eun-Ho menyampaikan surat undangan dari pemerintah Korsel kepada Panglima TNI untuk menghadiri acara peluncuran pengembangan jet tempur Korean Fighter Xperiment (KFX) dan Indonesia Fighter Xperiment (IFX) kerja sama pemerintah Korsel dan Indonesia," tulis Puspen TNI.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Asrenum Panglima TNI Laksda TNI Heru Kusmanto, Aslog Panglima TNI Marsda TNI Dento Priyono dan Kapuskersin TNI Laksma TNI Teguh Isgunanto.

Selain itu Kang Eun-Ho juga menemui sejumlah pejabat Indonesia yang diundang ke acara peluncuran jet tempur Korean Fighter Xperiment (KFX) tersebut.

Namun hampir tidak ada media Indonesia yang memberitakan Kang Eun-Ho bertemu Menhan Prabowo.

Indonesia menilai kerja sama pembangunan jet tempur generasi 4.5 ini merugikan Indonesia hingga meminta negosiasi ulang.

Saat negosiasi ulang KXF tidak berjalan mulus, Menhan Prabowo sudah melakukan pertemuan dengan pihak Perancis terkait rencana pembelian 36 jet tempur Rafale.

Indonesia bakal membeli 36 jet temput Rafale untuk menggantikan jet tempur F-5E/F II Tiger yang sudah dipensiunkan TNI-AU sejak 2015 lalu semakin kuat.

Indikasi ini terlihat saat tim dari pabrik Dassault Aviation, produsen jet tempur Rafale mendatangi Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan) di Jakarta untuk merumuskan proses akuisisi jet tempur Rafale oleh Indonesia, Kamis, 11 Februari 2021.

Tim Dassault terdiri dari Vice President Dassault Aviation Business Development Jean Claude Piccirillo dan Vice President Offset Dassault Michael Paskoff.

Pesawat tempur Dassault Rafale terlihat di Terminal Selatan Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (21/8/2018).
Pesawat tempur Dassault Rafale terlihat di Terminal Selatan Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (21/8/2018). (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Kedatangan mereka diterima oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan) Kemhan Mayjen TNI Dadang Hendrayudha dan Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Laksma TNI Sri Yanto.

Dirjen Pothan menyambut baik kedatangan Tim Dassault dalam rangka kerja sama akuisisi pesawat tempur multiperan Rafale yang diproduksi oleh Dassault Aviation.

Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan) Kemhan Mayjen TNI Dadang Hendrayudha bertemu tim Dassault Aviation di Kemenhan, Kamis 11 Februari 2021
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan) Kemhan Mayjen TNI Dadang Hendrayudha bertemu tim Dassault Aviation di Kemenhan, Kamis 11 Februari 2021 (kemenhan)

Ia berharap, kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Perancis ini banyak memberi manfaat bagi kedua belah pihak serta dapat memajukan industri pertahanan Indonesia.

Indonesia Hanya Dapat Kepemilikan 15 Persen

Sebelumnya Indonesia merasa dirugikan dalam kerja sama Korean Fighter Xperiment (KFX)/Indonesian Fighter Xperiment (IFX) yang sudah dirintis sejak pemerintahan Presiden SBY.

Indonesia meminta negosiasi ulang dan sudah menarik ratusan insinyur PT Dirgantara Indonesia yang sebelumnya dilibatkan dalam pengerjaan jet tempur generasi 4.5 ini.

Kesepakatan awal proyek ini dipimpin Korea Aerospace Industries (KAI), yang diperkirakan akan membuat 125 jet untuk Korea dan 51 jet untuk Indonesia pada tahun 2026.

KFX dapat terbang dengan kecepatan maksimum yang cepat hingga 1.81 Mach.

Pesawat dengan panjang hampir 17 meter ini dapat dioperasikan dengan satu kru saja.

Sementara itu mengenai persenjataan, pesawat ini mampu membawa 10 misil ledak campuran Air-to-Air dan Air-to-Ground.

Saat ini sebuah prototipe sedang dalam perakitan dan penerbangan perdana untuk pesawat tersebut telah dijadwalkan pada tahun 2022.

Indonesia menanggung biaya 20 persen dari 8.8 triliun won (US $ 7.9 miliar), tetapi telah berhenti melakukan pembayaran setelah menginvestasikan 227.2 miliar won dengan sekitar 600 miliar won terlambat.

Selain itu pihak oposisi Partai Kekuatan Rakyat, Shin Won Shik menyebutkan jika Indonesia hanya membayar 227,2 miliar Won dari 831,6 miliar Won yang dijanjikan tahun ini.

Jumlah itu hanya sekitar 13% dari perjanjian awal.

Perakitan akhir prototipe jet tempur KFX yang diluncurkan pekan pertama April 2021
Perakitan akhir prototipe jet tempur KFX yang diluncurkan pekan pertama April 2021 (facebook)

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sakti Wahyu Trenggono, yang kini menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, menyebutkan Indonesia tak mendapatkan keuntungan signifikan dari kerja sama KFX/IFX.

"Gini, KFX itu kan pesawat tempur. Kita ngirim engineer ke Korea. Kita mesti spending US$2 miliar, lalu ujungnya kita dapat satu prototipe," ujar Trenggono seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Celakanya Indonesia tidak memiliki kepemilikan penuh dari 1 prototipe yang diberikan pada kita.

Trenggono menyebutkan hanya 15% saja ownership pemerintah.

Sementara itu mayoritas kepemilikan berada di tangan Korea Selatan, yakni sembilan teknologi yang tidak diberikan kepada Indonesia.

Selain itu juga ada ketentuan mengenai batas usia para engineer tanah air yang dikirimkan ke Korsel.

Padahal pengiriman tersebut diharapkan pemerintah Indonesia bisa ada transfer teknologi.

Sejak saat itu, negosiasi dua Indonesia Korea menemui jalan buntu.

Saat Korean Aviation Industri (KAI) merampung perakitan satu prototipe KFX September 2020, CEO Korean Aviation Industri (KAI), Ahn Hyunho selaku pembuat pesawat tak menyebut nama Indonesia dalam pernyataan resminya.

Ahn Hyunho hanya mengucapkan terima kasih kepada mitra kerja sama mereka tanpa menyebut secara spesifik. (tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved