Dokter Novita Rela Wajah Jadi Eksperimen demi Kesehatan Pasien

Sebagai dokter kecantikan, kini wanita kelahiran 1992 ini harus dituntut untuk tampil cantik dan terawat di depan pasien.

Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan
Dokter Novita saat melakukan perawatan terhadap pasien. 

Menariknya, sejak muncul istilah-istilah pelakor di kalangan rumah tangga, klinik kecantikan Novita ramai dibanjiri para ibu-ibu muda mau pun berumur untuk perawatan. Bahkan Novita sering menemukan pasien dengan kondisi perekonomian pas-pasan namun memiliki keinginan kuat untuk merawat diri.

"Rame-rame waktu musim istilah pelakor, emak-emak ini semua ke klinik kecantikan. Bahkan ada yang uangnya pas-pasan dengan modal Rp 200 ribu dia ingin perawatan. Kalau begitu saya arahkan ke jenis perawatan yang pas di kantong mereka," kata Novita.

Jalan dua tahun membangun bisnis kecantikan, Novita mengakui memulai semuanya dari nol bersama sang suami. Bahkan tak jarang dulu ia harus mengirit gaya hidup agar dapat membeli alat-alat yang canggih.

Tentu saja, hal ini membuat Novita belajar untuk dapat menghargai semua hasil jerih payahnya hingga berhasil seperti saat ini. Ia juga ke depannya ingin dapat membangun klinik besar dengan tetap mempertahankan harga ramah di kantong.

"Setiap bulan aku target dan ada promo. Aku sebenarnya modal sendiri buat klinik dengan suami. Jadi benar dari nol semua. Jadi ini lagi nabung untuk beli alat yang canggih dan bisa bangun klinik yang bagus dengan parkiran yang luas. Tapi walau pun udah bagus, aku usahakan harga tetap aman di kantong semua golongan," ucapnya.

Bangun Batik untuk Salurkan Hobi Belanja

Novita tak hanya mencintai dunia kecantikan namun dokter beranak satu ini ternyata begitu menyukai dunia fashion dengan merambah bisnis ini sejak SMA.

"Aku dari dulu suka sekali shopping beli baju, duitku dulu habis untuk beli baju. Nah, sampai akhirnya aku jualan baju sejak SMA biar bisa beli baju lagi. Kan ada tuh kalau beli tiga lebih murah, jadi mikir kenapa nggak beli aja tiga, terus dua lagi aku jual. Ya dari situ akhirnya jualan terus sampai sekarang," ujar Novita.

Kini Novita memiliki butik di rumahnya dengan barang-barang produk dari Thailand. Ia mulai tertarik berjualan produk dari Negeri Gajah Putih itu semenjak melihat temannya wara-wiri ke sana.

"Sebelumnya, ngambil baju di Indonesia seperti Jakarta, cuma pas lihat teman suka main ke Bangkok ya udah perlahan merambah ke bisnis ini. Pas udah jadi dokter tetap suka bisnis," tuturnya.

Kini, Novita memiliki dua pegawai di Thailand untuk dapat mereview pakaian-pakaian yang menjadi tren saat ini dengan kualitas bagus harga terjangkau.

Ambil barang langsung dari Bangkok, ternyata butik milik Novita ramai diminati butik di Medan untuk menjadi supplier produk. Tak hanya itu, banyak juga para mahasiswa yang menjadi reseller baju di tempatnya.

"Banyak juga mahasiswa-mahasiswa yang datang untuk jadi reseller barang. Aku nggak ada minta KTP mereka jadi kita pegang dengan kepercayaan. Jadi mereka ambil 10-15 potong baju, kalau tidak laku semua boleh lagi ditukar dengan model yang lagi tren. Kita di sini untuk bantu mahasiswa atau anak muda untuk mandiri secara finansial," pungkasnya.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved