TIDAK Setenar Kopassus tapi Gaji Korps Kapal Selam Hiu Kencana Lebih Tinggi dari Satuan Lain

Pada Mei 2005, misalnya, saat hubungan Indonesia dan Malaysia menghangat karena sengketa blok Ambalat, KRI Nanggala 402 dioperasikan di kawasan itu.

Editor: Tariden Turnip
tni al
TIDAK Setenar Kopassus tapi Gaji Korps Kapal Selam Hiu Kencana Lebih Tinggi dari Satuan Lain. Prajurit Korps Hiu Kencana (Satsel) dengan baret hitamnya 

TRIBUN-MEDAN.COM - Korps Hiu Kencana dengan baret hitamnya menjadi pusat perhatian karena tragedi hilangnya kapal selam KRI Nanggala-402 hilang saat latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali, Rabu dini hari, 21 April 2021.

TNI mengerahkan segenap kemampuan untuk menemukan posisi KRI Nanggala-402 yang membawa 53 orang kru dan non kru sebelum persediaan oksigen di dalam kapal selam ini habis dalam 72 jam.

Tragedi ini mengingatkan kembali risiko besar yang dihadapi prajurit Satuan Kapal Selam (Satsel) yang berhadapan dengan kematian dalam menjaga keutuhan wilayah NKRI meski pengabdiannya dilakukan senyap.

Baca juga: INILAH DAFTAR Nama dan Pangkat 53 Prajurit TNI AL di KRI Nanggala-402 yang Hilang di Laut Bali

Baca juga: UPDATE Pencarian KRI Nanggala-402, Persediaan Oksigen 72 Jam, Prabowo Bicara Peremajaan Alutsista

Meski mungkin tak setenar satuan lain seperti Kopassus atau Marinir, petinggi setingkat menteri atau kepala staf angkatan di TNI dan Kapolri selalu bersedia menjadi warga kehormatan dengan menerima Brevet Hiu Kencana.

Dalam perebutan Irian Barat, Indonesia membeli 12 kapal selam dari Rusia yang dikirimkan bertahap.

Pada 7 September1959, dua kapal selam buatan Rusia tiba di dermaga di Surabaya dan kemudian resmi menjadi bagian dari jajaran armada ALRI pada 12 September dengan nama RI Tjakra/S-01 dan RI Nanggala/S02.

12 September ditetapkan sebagai ulang tahun Korps Hiu Kencana.

Baca juga: TANGIS PILU Bidan Dian, Baru 2 Bulan Dinikahi Serda Pandu Yudha, Operator Senjata KRI Nanggala-402

Anggota TNI AL melihat melalui periskop Kapal Selam KRI Nanggala 402 di Dermaga Madura Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya, Senin (6/2/2012).
Anggota TNI AL melihat melalui periskop Kapal Selam KRI Nanggala 402 di Dermaga Madura Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya, Senin (6/2/2012). (KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Mottonya Korps Hiu Kencana adalah Tabah Sampai Akhir (Wira Ananta Rudira) mengutip bagian pidato Presiden Soekarno di atas kapal selam RI Tjandrasa pada 6 Oktober 1966 di dermaga Tanjung Priok, Jakarta, ”Sekali menyelam, maju terus, tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Wira Ananta Rudira. Tabah sampai akhir”.

Berikutnya pada Desember 1961 datang empat kapal selam lain: RI Nagabanda, RI Trisula, RI Nagarangsang, dan RI Tjandrasa.

Seiring dengan kampanye Trikora untuk merebut Irian Barat dari penguasaan Belanda, setahun kemudian datang enam kapal selam juga dari Rusia yang dipersenjatai torpedo tercanggih di masanya jenis SEAT-50. Hanya Rusia dan Indonesia yang memiliki torpedo tersebut saat itu.

Keenam kapal itu: RI Widjajadanu, RI Hendradjala, RI Bramasta, RI Pasopati, RI Tjundamani, dan RI Alugoro. Semua mengunakan nama senjata di dunia pewayangan.

Kedatangan 12 kapal selam tersebut langsung diterjunkan dalam Operasi Jayawijaya yang merupakan bagian dari kampanye Trikora merebut Irian Barat. Salah satu keberhasilan operasi adalah mendaratkan 15 anggota pasukan khusus RPKAD di Tanah Merah, sekitar 30 kilometer dari Bandara Sentani.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan), eks Kapolri Tito Karnavian (kedua dari kanan), eks KSAD Jenderal TNI Mulyono (ketiga dari kanan), eks KSAL Laksamana TNI Ade Supandi (keempat dari kanan), eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Kelima dari kanan) dan Menteri Luar Negri (Menlu), Retno LP Marsudi setelah menerima Brevet Hiu Kencana di Kapal Selam KRI Nagapasha-403.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kanan), eks Kapolri Tito Karnavian (kedua dari kanan), eks KSAD Jenderal TNI Mulyono (ketiga dari kanan), eks KSAL Laksamana TNI Ade Supandi (keempat dari kanan), eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Kelima dari kanan) dan Menteri Luar Negri (Menlu), Retno LP Marsudi setelah menerima Brevet Hiu Kencana di Kapal Selam KRI Nagapasha-403. (mabes tni)

Dalam perkembangannya, Belanda akhirnya memilih menghindari perang terbuka dan menyerahkan Irian Barat ke tangan RI.

Di era Reformasi, Korps Hiu Kencana juga memainkan peran penting meski tidak terlalu diketahui publik.

Misalnya dalam konflik Ambalat dengan tetangga Malaysia.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved