SAE Nababan Tutup Usia
SAE Nababan: Damai tanpa Adil Itu Semu, Ini Sepak Terjangnya di Gerakan Oikumene Internasional
Selain itu, menurut almarhum juga selama keadilan ekonomi Utara-Selatan tidak diperbaiki maka perdamaian dunia tidak akan tercapai.
Dia mengaku mengenal Pendeta SAE sejak mahasiswa di tahun 1980-an di STT Jakarta. Akademik recordnya juga dianggapnya belum terpecahkan sebab selalu tamat dengan cumlaude sampai di tingkat kuliah di luar negeri.
Prestasi yang paling identik dari pendeta SAE menurutnya adalah soal sikap kritis untuk berpihak kepada orang - orang yang lemah. Hal itu dibuktikan dengan kedekatan almarhum dulu dengan rakyat Sugata untuk melawan PT Indorayon sekitar 1992.
"Dia mengerahkan segala energinya untuk membela rakyat kecil itu. Saat itu pendeta SAE bahkan lebih dari sekedar diintimidasi oleh negara tetapi tetap maju untuk berjuang," ujarnya.
"Sampai - sampai Pangdam BB Pramono waktu itu mengangkat Ephorus HKBP karena dia tidak sanggup mengalahkan Nababan di Sinode Godang. Itu satu satunya, masa Ephorus diangkat panglima militer," sambungnya.
Di saat itu, lanjutnya, perlawanan Pendeta SAE Nababan didukung oleh para penatua dan jemaat HKBP. Demikianlah sepenggal jejak kritis almarhum untuk membela rakyat kecil.
"Almarhum meninggal di usia 87 tahun. Sebenarnya tadi pagi beliau masih sadar dan masih sempat dilaksanakan perjamuan kudus," ucapnya.
"Kalau untuk rumah dukanya masih dirundingkan, apakah di Jalan Rasamala No 31, Menteng Atas Jakarta Selatan atau di Siborong- borong tempat makam Asmara Nababan," tutupnya.
(cr8/tribun-medan.com)